Bos Tugu Insurance (TUGU) Ungkap Faktor Pendorong Laba Meroket 215%

Bisnis.com,19 Feb 2024, 10:36 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari
Presiden Direktur PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. (Tugu Insurance) Tatang Nurhidayat./Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. atau Tugu Insurance membeberkan faktor pendongkrak laba bersih pada 2023. 

Laba bersih perseroan melesat 215% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp1,25 triliun per 31 Desember 2023. Pada periode yang sama tahun sebelumnya laba bersih Tugu Insurance hanya mencapai Rp397 miliar. 

Presiden Direktur Tugu Insurance Tatang Nurhidayat mengatakan peningkatan laba tersebut ditopang oleh kinerja operasional perseroan dan akibat adanya pendapatan lain-lain. 

“Pendapatan premi neto mencapai Rp1,19 triliun di Desember 2023 setara dengan pertumbuhan 10% dibanding dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut juga menopang pendapatan underwriting yang tumbuh 11% dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp1,17 triliun,” kata Tatang saat dihubungi Bisnis, Senin (19/2/2024). 

Tak hanya itu, Tatang menambahkan hasil investasi perseroan juga tumbuh pesat sebanyak 76% pada 2023 menjadi Rp392,5 miliar. 

Hal-hal tersebut, menurutnya, mampu menggerek total pendapatan usaha Tugu Insurance mencapai Rp1,14 triliun pada Desember 2023 dari tahun sebelumnya sebesar Rp 959 miliar. Adapun total pendapatan usaha Tugu Insurance tumbuh 19% secara tahunan. 

Dikutip dari laporan keuangan per 31 Desember 2023, liabilitas yang ditanggung perseroan naik 16,5% menjadi Rp9,03 triliun dari sebelumnya Rp7,7 triliun per 31 Desember 2022. 

Sementara ekuitas Tugu Insurance mencapai Rp6,6 triliun  per 31 Desember 2023. Angka tersebut meningkat 18,9% apabila dibandingkan dengan per 31 Desember 2022 yakni Rp5,6 triliun. 

Jumlah aset yang dimiliki Tugu Insurance per 31 Desember 2023 mencapai Rp15,7 triliun. Angka tersebut naik 17,5% apabila dibandingkan dengan Rp13,3 triliun per 31 Desember 2022. Perinciaanya aset investasi meningkat 31,5% menjadi Rp7,5 triliun dari sebelumnya Rp5,7 triliun. Sementara aset bukan investasi menjadi Rp8,1 triliun yang mana naik 7,02% menjadi Rp7,6 triliun. 

Tingkat kesehatan finansial dilihat dari Risk Based Capital (RBC) perseroan mencapai 570,12% per 31 Desember 2023. Rasio RBC tersebut meningkat dibandingkan 470,02% pada 31 Desember 2022. Selain itu, rasio RBC berada jauh di atas ambang batas yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakni 120%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini