Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut tak lama lagi bank syariah dengan aset yang jumbo akan lahir. Bahkan, asetnya diharapkan dapat menyamai aset PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) yaitu Rp353,62 triliun pada 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan melalui konsolidasi, OJK akan mendorong terjadinya konsolidasi bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) untuk menjadi bank syariah beraset besar.
"Dalam waktu yang tidak lama, dua atau tiga bank paling tidak akan beraset mendekati BSI, bahkan melampaui BSI," ujarnya dalam Konferensi Pers PTIJK 2024, Selasa (20/2/2024).
Lebih lanjut, dalam konteks pengembangkan perbankan syariah, OJK saat ini telah meluncurkan roadmap perbankan syariah. Salah satu poin pentingnya adalah di mana OJK akan membentuk Komite Perkembangan Syariah yang sesuai ketentuan UU P2SK.
"Kita juga akan ada penyetaraan bank syariah dan konvensional, dan pengembangan produk yang khas dengan kegiatan syariah," ujarnya.
Salah satu rencana konsolidasi yang mengemuka saat ini yaitu merger BTN Syariah dan Bank Muamalat. Kementerian BUMN sudah melakukan diskusi dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dan Menteri Agama terkait peluang kerja sama antara BTN Syariah dengan Bank Muamalat.
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan penggabungan dua bank tersebut memiliki peluang besar untuk masuk ke dalam jajaran 10 bank syariah terbesar di dunia. Dia pun memperkirakan pembahasan final terkait merger antara BTN Syariah dan Muamalat akan selesai pada Maret 2024.
Sementara itu, perbankan Tanah Air saat ini berada di posisi yang resilien. Tercatat sepanjang 2023, kredit perbankan tumbuh dobel digit yakni 11,83% dengan total kredit Rp7.090 triliun. "CAR [rasio kecukupan modal] relatif tinggi yaitu 27,65%, salah satunya tertinggi di dunia," ucapnya.
Seiring dengan pertumbuhan kredit, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan) net berada di level 0,71% sementara NPL gros 2,19% berada di bawah threshold 5%.
Kemudian, mengenai kredit restrukturisasi yang bakal berakhir Maret ini tercatatat terus menerus mengalami penurunan "Penurunan sampai Rp265,78 triliun," tuturnya.
Selain saat ini OJK merilis taksonomi keuangan berkelanjutan. Peningkatan dan pengawasan dalam sektor keuangan juga terus diupayakan OJK, utamanya di perbankan, mulai dari pemblokiran yang berkaitan dengan kejahatan ekonomi.
"Kita akan melakukan penindakan tegas dalam kejahahatan ekonomi seperti fraud," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel