Harga Naik, Warga Kabupaten Cirebon Terpaksa Ngirit hingga Mengoplos Beras

Bisnis.com,21 Feb 2024, 16:35 WIB
Penulis: Hakim Baihaqi
Warga antre untuk membeli beras medium saat Operasi Pasar Beras Medium SPHP dan Pasar Murah di Taman Film, Bandung, Jawa Barat, Senin (19/2/2024). /Bisnis-Rachman.

Bisnis.com, CIREBON—Kenaikan harga beras beberapa waktu terakhir ini memaksa sejumlah warga Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengurangi pembelian beras dari bulanan menjadi harian. 

Warga Kabupaten Cirebon, Masithoh (30) mengatakan, sebelum adanya kenaikan harga ia selalu membeli beras dalam kemasan 25 kilogram. Namun saat ini, ia tidak mampu membeli karena harga pangan tersebut melambung hingga Rp400.000 per karung.

Bahkan dalam sepekan terakhir, kata Masithoh, ia beralih mengkonsumsi beras stabilisasi harga dan pasokan pangan (SPHP) yang dikeluarkan oleh Perum Bulog.

“Terpaksa, meskipun kualitas beras SPHP kurang baik karena bulirnya pecah-pecah,” kata Masithoh kepada Bisnis.com di Kabupaten Cirebon, Rabu (21/2/2024).

Selain Masithoh, warga lainnya, Iah (52) mengatakan, kenaikan tersebut membuat ia terpaksa mengoplos beras. Cara tersebut yakni mencampur beras kualitas medium dengan kualitas premium.

Menurut Iah, kebiasaan tersebut sering ia lakukan saat harga beras mengalami kenaikan.

“Kalau menaikan harga di warung makan sangat tidak mungkin, nantinya pembeli malah ngeluh. Lebih baik mencampurkan beras supaya harga tetap sama,” kata Iah.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga beras di Kabupaten Cirebon terus melambung sejak beberapa pekan terakhir ini.

Untuk beras kualitas super, saat ini dijual dengan harga Rp18.000 per kilogram. Sementara pekan lalu, harga pangan andalan masyarakat ini hanya Rp15.000.

Kemudian, untuk beras kualitas medium yang semula hanya Rp14.000, kini melambungan hingga menembus angka Rp16.500 per kilogram.

Sementara, untuk beras kualitas bawah kini dijual dengan harga Rp15.000. Pekan lalu beras kualitas ini hanya Rp12.000 per kilogram.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Dinda Wulandari
Terkini