Dibayangi Hardening Market, Ini Pesan OJK untuk Reasuransi Lokal

Bisnis.com,22 Feb 2024, 14:45 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari
Foto multiple exposure warga beraktivitas di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Minggu (31/12/2023). Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA— Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap kondisi reasuransi global masih mengalami hardening market, meskipun kondisinya sudah lebih membaik dibandingkan tahun sebelumnya.

Kondisi hardening market terjadi ketika adanya kenaikan klaim yang signifikan hingga menyebabkan syarat dan ketentuan (term and condition) diperketat dan tarif naik.

Untuk mengimbangi kondisi hardening market global, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) OJK Ogi Prastomiyono mengatakan ada reasuransi lokal telah melakukan beberapa hal. 

Salah satunya adanya penyesuaian syarat dan ketentuan perjanjian reasuransi, premi, dan kapasitas untuk pertanggungan ulang.

“Harapannya, prudent underwriting dari industri reasuransi juga bakal mempengaruhi prudent underwriting pada perusahaan asuransi,” kata Ogi dalam jawaban tertulisnya dikutip Rabu (21/2/2024). 

Ogi menambahkan regulator juga mendorong pelaporan secara penuh (full reporting) dan tepat waktu dari perusahaan asuransi kepada perusahaan reasuransi sehingga mendorong transparansi dan akuntabilitas yang lebih memadai. Pihaknya berharap strategi-strategi tersebut dapat menciptakan iklim industri yang lebih sehat di tengah hardening market global. 

Beberapa pemain reasuransi di Indonesia menyadari adanya dampak hardening reasuransi global terhadap bisnis. Termasuk biaya retrosesi ke perusahaan reasuransi luar negeri yang semakin mahal. 

Direktur Utama PT Reasuransi Indonesia Utama (persero) atau Indonesia Re Benny Waworuntu mengatakan perseroan pun lebih berhati-hati untuk memberikan kapasitasnya kepada perusahaan asuransi karena adanya hardening market. Bahkan Indonesia Re menyebut akan lebih selektif dan memperketat perolehan premi pada tahun ini. 

“Di samping itu, kami khususnya selama tiga tahun terakhir melakukan perbaikan yang signifikan ke term and condition, kapasitas yang kami berikan, dan harga retensi,” tutur Benny saat dihubungi Bisnis, Senin (19/2/2024). 

Di sisi lain, Direktur Utama PT Reasuransi Maipark Indonesia (Maipark) Kocu Andre Hutagalung pun melihat hardening market masih akan berlangsung dengan intensitas yang lebih rendah pada tahun ini, tetapi tidak akan kembali ke posisi soft market terakhir.

Dia mengatakan untuk program retrosesi Maipark sendiri masih mengalami kenaikan yang didorong oleh kenaikan eksposure, tetapi tidak sebesar tahun lalu. Retrosesi salah satunya dilakukan dengan mengalihkan risiko dengan reasuransi luar negeri yang tentunya harganya masih tinggi lantaran hardening market.  

“Retrosesi ke luar negeri diperlukan terutama untuk risiko bencana sifat penyebarannya adalah geografis atau wilayah dengan profil risiko bencana yang berbeda,” kata Kocu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini