Rupiah dan Mata Uang Asia Ditutup Perkasa, Dolar AS Terjungkal

Bisnis.com,22 Feb 2024, 15:49 WIB
Penulis: Rizqi Rajendra
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat ke level Rp15.589 per dolar AS pada perdagangan Kamis, (22/2/2024). Mayoritas mata uang Asia terpantau perkasa, sedangkan dolar AS terjungkal sore ini.

Mengutip data Bloomberg Kamis, (22/2/2024) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,29% atau 45,5 poin ke level Rp15.589 per dolar AS, setelah ditutup lesu pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau ambles 0,37% di posisi 103,62 pada sore ini.

Mayoritas mata uang Asia terpantau kompak menguat terhadap dolar AS. Misalnya, yen Jepang menguat 0,17%, dolar Singapura melesat 0,30%, dolar Taiwan naik 0,07%, won Korea menguat 0,46%, dan peso Filipina naik 0,42%.

Selanjutnya, yuan China naik 0,05%, ringgit Malaysia melompat 0,40%, baht Thailand menguat 0,33%, dan rupee India naik 0,10%. Hanya dolar Hongkong yang melemah tipis 0,01%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, risalah pertemuan The Fed pada akhir Januari 2024, yang dirilis pada hari Rabu (21/2) menunjukkan bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru untuk mulai menurunkan suku bunga lebih awal.

Alhasil, komentar pejabat The Fed tersebut membuat sebagian besar pelaku pasar menghapus ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Maret dan Mei 2024, sekaligus meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga stabil pada bulan Juni 2024.

"Alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang sebesar 53,6% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Juni, dan peluang sebesar 28,7% agar suku bunga tetap stabil. Yang terakhir ini naik dari peluang 19,7% yang terlihat minggu lalu," ujar Ibrahim dalam riset Kamis, (22/2/2024).

Lebih lanjut dia mengatakan, investor menunggu apakah pemerintah China akan meluncurkan langkah-langkah stimulus lebih lanjut. Sejumlah langkah dukungan dari pemerintah China telah mendorong peningkatan komoditas dalam beberapa sesi terakhir. Pasalnya, perekonomian China melemah selama tiga tahun terakhir.

Dari sentimen domestik, Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dari prakiraan, yakni di kisaran 4,7%-5,5% pada tahun ini.  Pada kuartal IV/2023, pertumbuhan tercatat sebesar 5,04% year-on-year (yoy), meningkat dari 4,94% yoy pada kuartal sebelumnya.

Alhasil secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi RI tahun 2023 mencapai 5,05% yoy. Adapun dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Rabu (21/2/2024) suku bunga acuan atau BI Rate resmi ditahan di level 6%

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat di rentang  Rp15.550-Rp15.620," pungkas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ibad Durrohman
Terkini