Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) Garut Terbanyak Kedua di Jabar

Bisnis.com,23 Feb 2024, 15:43 WIB
Penulis: Hakim Baihaqi
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, GARUT - Jumlah rumah tangga usaha pertanian (RTUP) perorangan di Kabupaten Garut sebanyak 323.490. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Garut menjadi daerah dengan jumlah kedua terbanyak setelah Kabupaten Sukabumi yang mampu menembus angka 353.959.

Dari 323.490 RTUP sebagian besar berasa dari Kecamatan Pakenjeng, Malangbong, dan Bungbulang. Kecamatan Pakenjeng terdapat 18.060 rumah tangga, Kecamatan Malangbong terdapat 17.625 rumah tangga, dan Kecamatan Bungbulang 14.908 rumah tangga. 

Kepala BPS Kabupaten Garut Nevi Hendri mengatakan RTUP berkonsenstrasi terhadap tujuh subsektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, dan jasa pertanian.

Subsektor yang paling banyak diusahakan, lanjut Nevi, adalah tanaman pangan dengan jumlah 219.425 rumah tangga, disusul hortikultura 181.873 rumah tangga, dan peternaka  sebanyak 111.923 rumah tangga.

"RTUP adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijua atau pun dikonsumsi sendiri,” kata Nevi melalui keterangan tertulis, Jumat (23/2/2024).

Nevi menyebutkan, RTUP berdasarkan kelompok umur, mayoritas dilakoni oleh kepala rumah tangga dengan rentang umur 45 tahun ke atas. 

Sedangkan sisanya, sebanyak 31,91% dilakukan oleh kepala rumah tangga dengan umur di bawah 45 tahun.

Selain itu, hasil sensus tersebut juga menyebutkan, RTUP didominasi oleh laki-laki dengan jumlah sebesar 89,20%dan sisanya 10,80% adalah perempuan.

"Selain melihat berdasarkan kelompok umur kepala keluarga, penting pula melihat jumlah rumah tangga usaha pertanian berdasarkan jenis kelamin kepala rumah tangga. Hal ini membantu mengidentifikasi dan mengatasi ketidaksetaraan gender serta memaksimalkan potensi kontribusi masingmasing gender dalam sektor pertanian," kata Nevi.

Menurutnya, naiknya angka tersebut terjadi karena tumbuhnya tren urban farming. Dimana, Lahan pertanian di perkotaan semakin sempit seiring dengan pertambahan penduduk perkotaan, sedangkan kebutuhan untuk konsumsi hasil pertanian cukup tinggi.

Wilayah perkotaan memiliki ketergantungan hasil pertanian dari daerah lain, sehingga urban farming menjadi salah satu solusi dalam mengurangi ketergantungan tersebut.

"Selain itu, membantu pengendalin inflasi, mengembangkan ekonomi lokal, efisiensi biaya transportasi, meningkatkan partisipasi masyarakat/komunitas, dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan," kata Nevi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ajijah
Terkini