Minim Katalis, Harga Minyak Mentah Berakhir Melemah

Bisnis.com,24 Feb 2024, 12:20 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Seorang pekerja berdiri di samping tangki penyimpanan minyak di Pilipinas Shell Petroleum Corp. Shell Import Facility Tabangao (SHIFT) di Batangas City, Filipina. Minyak mentah melemah pada Rabu (16/8/2023) menyusul kekhawatiran terhadap ekonomi China yang berpotensi mengikis permintaan./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melemah karena minimnya sentimen penggerak baru yang mendorong beberapa investor teknikal untuk keluar dari posisi menjelang akhir pekan.

Berdasarkan data Bloomberg, Sabtu (24/2/2025), minyak mentah West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman April 2024 ditutup turun 2,7% ke level US$76,49 per barel.

Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak April 2024 ditutup turun 2,5% ke level US$81,62 per barel.

Timespreads mengindikasikan pasar yang lebih kuat, dan persediaan minyak mentah AS meningkat kurang dari perkiraan, tetapi banyak analis masih memperkirakan surplus global tahun ini. Sepanjang tahun 2024, WTI masih menguat sekitar 7%.

Serangkaian sanksi baru AS terhadap Rusia diperkirakan tidak mencakup pembatasan besar terkait energi, dan laporan media menunjukkan bahwa Israel akan mengirim negosiator untuk melakukan pembicaraan gencatan senjata di Paris.

"Tidak ada peningkatan sanksi energi dan pembicaraan gencatan senjata selama akhir pekan menyebabkan beberapa orang melepas minyak mentah," katapedagang energi senior CIBC Private Wealth Rebecca Babin seperti dikutip Bloomberg.

Minyak telah bergerak dalam rentang sempit di tengah sentimen penurunan produksi OPEC+ dan meningkatnya ketegangan Timur Tengah, dan kekhawatiran bearish terhadap lesunya konsumsi dari importir utama China.

Badan Energi Internasional mengatakan pada awal bulan ini bahwa pasar minyak global dapat tetap surplus sepanjang tahun.

Analis RBC Capital Markets LLC Michael Tran mengatakan permintaan minyak yang cukup kuat disandingkan dengan data makroekonomi China yang lemah telah menjadi sentimen yang berulang sepanjang tahun.

"Sejauh ini, sinyal-sinyal fundamental masih beragam,” ungkapnya.

Serangan-serangan terhadap pelayaran komersial di Laut Merah oleh militan Houthi telah menambah premi risiko untuk minyak berjangka. Kelompok ini dan para pendukung Iran mereka sedang mempersiapkan konfrontasi yang panjang dengan AS dan sekutunya di sekitar jalur air - terlepas dari bagaimana perang Israel-Hamas berlangsung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini