Bisnis.com, JAKARTA – Staf Ahli Menteri Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan Arief Wibisono menyoroti minimnya porsi keuangan syariah terhadap keuangan nasional, meskipun masyarakat Indonesia mayoritas beragama islam.
Pada 2022, dari total penduduk Indonesia yang mencapai 277,75 juta jiwa, sebanyak 241,7 juta di antaranya merupakan pemeluk agama Islam.
“Sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam, porsi aset keuangan syariah terhadap keuangan nasional masih sangat rendah, yaitu 10,81%,” ujarnya dalam Peluncuran KEKSI 2023 & SheFO 2024 dalam YouTube Bank Indonesia, Senin (26/2/2024).
Oleh karena itu, lanjut Arief, pemerintah bersama berbagai pihak terus meningkatkan kapasitas keuangan syariah Tanah Air. Salah satunya melalui peraturan perbankan syariah yang tercantum dalam Undang-Undang (UU) No. 4/2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK).
Arief mencatat bahwa market share industri keuangan syariah terhadap industri nasional terus berproses semakin besar.
Di mana pasar keuangan syariah berkontribusi sebesar 20,52%, perbankan syariah menyumbang 7,27%, serta Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) syariah yang baru mencapai 5% terhadap industri keuangan nasional.
Di sisi lain, industri keuangan syariah terus mengalami peningkatan. Per 23 September 2023, Arief melaporkan total aset keuangan syariah Indonesia yang termasuk saham syariah mencapai Rp2.452,57 triliun atau tumbuh 6,75%.
Sementara aset keuangan syariah tersebut meliputi pasar modal syariah mencapai Rp1.457,73 triliun atau menjelaskan 59,44% terhadap total aset, perbankan syariah mencapai Rp831,19 triliun (33,92%) serta IKNB syariah menjelaskan 6,64% terhadap total aset atau senilai Rp162,85 triliun.
Terlebih, kini peran pasar modal syariah dalam hal ini sukuk negara selain menjadi sumber pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara umum, namun juga membiayai proyek infrastruktur dan menjaga likuditas pasar keuangan syariah.
“Sebagai instrumen investasi berbagai syariah, sukuk negara berhasil dikembangkan menjadi instrumen investasi yang produktif yakni diarahkan penggunaan dananya membiayai langsung infrastruktur berbagai sektor,” lanjut Arief.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel