Bank Jumbo Kerek Pendapatan Bunga di Tengah Ekspektasi Penurunan BI Rate

Bisnis.com,26 Feb 2024, 11:24 WIB
Penulis: Arlina Laras
Ilustrasi suku bunga perbankan./ Dok. Freepik.

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah perbankan mulai mengerek target margin bunga bersih (net interest margin/NIM) tahun ini seiring dengan adanya sinyal pemangkasan suku bunga yang terjadi pada Juni 2024.

Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia kembali menahan suku bunga acuan atau BI rate di level 6% pada RDG BI periode 20-21 Februari 2024. Dengan demikian, BI rate 6% ditahan selama lima kali berturut-turut. 

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kinerja NIM secara industri mencapai 4,92% per Desember 2023, naik 12 basis poin (bps) secara tahunan, dibanding tahun 2022 yang sebesar 4,8%. 

Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin mengatakan NIM perbankan saat ini masih berada dalam tekanan di tengah tren suku bunga acuan yang tinggi. 

Meski begitu, dia menyebut dengan adanya pemangkasan suku bunga tahun ini, tentu akan menjadi faktor bank lebih lelusa dalam mendulang margin bunga bersih yang juga menjadi salah satu aspek profitabilitas perbankan.

“BI rate belum akan turun di triwulan I/2024. Kalo triwulan II/2024, ya ada kemungkinan. Alhasil, ini akan memberi efek ke NIM alias penebalan kembali,” ucapnya pada Bisnis yang dikutip Senin (26/2/2024)

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) misalnya yang menargetkan NIM berada di atas level 4% pada 2024, usai perseroan mencatat penyusutan NIM 65 bps dari 4,4% pada 2022 menjadi 3,75% pada 2023 

Direktur Finance BTN Nofry Rony Poetra mengatakan untuk memperbaiki NIM, maka pihaknya akan berfokus pada pertumbuhan kredit dan menjaga rasio kredit bermasalah (nonperforming loan)

“Tahun ini ekspektasi market ada penurunan suku bunga acuan, ini akan berdampak positif di BTN," ujarnya dalam paparan kinerja pada Senin (12/2/2024).

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sendiri terus menjaga posisi margin di level yang stabil. Tercatat, NIM BCA berada di 5,54% sepanjang 2023, naik 20 basis poin (bps) dari sebelumnya 5,34% pada sepanjang 2022.

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menyebut akan ada sedikit ruang perseroan untuk menurunkan biaya dana alias cost of fund di deposito

“Kita asumsikan tahun ini lebih kurang turunnya bunga 50-75 bps di semester kedua. Sehingga, dengan pertumbuhan tahun ini, kita prediksi margin akan stabil, karena impact-nya tidak banyak, [justru] penurunan bunga ini impact-nya langsung adalah penempatan di BI” jelasnya dalam agenda Pertumbuhan Berkelanjutan Ala BCA dalam kanal Youtube Mirae Asset Sekuritas, Senin (26/2/2024)

Di sisi lain, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan NIM di level 5,25% pada 2023, masih tumbuh dibandingkan 2022 di level 5,16%.

Sebelumnya, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo menyebut untuk menjaga net interest margin yang stabil, pihaknya akan mendorong upaya menjaga cost of fund tetap rendah dengan terus meningkatkan dana murah (current account savings account/CASA) yang asalnya dari transaksional melalui optimalisasi dari digital plafrom Kopra dan digital superapp Livin 

Prediksi pun datang dari Ciptadana Sekuritas yang mengatakan kinerja NIM bakal mentereng bila adanya pemangkasan suku bunga dari bank sentral. 

Disebutkan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi pihak yang paling diuntungkan dari penurunan suku bunga acuan pada 2024, dengan ekspansi margin bunga bersih (NIM) sekitar 20 basis poin (bps) berkat fokus yang kuat pada sektor mikro. 

Dengan menurunnya suku bunga acuan, biaya bunga yang dibayarkan oleh BBRI kemungkinan akan menurun lebih cepat dibandingkan pendapatan bunga yang diperoleh dari portofolio pinjaman mikro mereka.

Saat ini, BRI memiliki margin bunga bersih tertinggi 6,84% sepanjang 2023, naik tipis empat basis poin (bps) dibanding capaian tahun sebelumnya, yakni 2022 sebesar 6,8%. 

Adapun, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut bank sentral memang membuka ruang penurunan suku bunga acuannya pada 2024 setelah sepanjang tahun lalu BI rate berada dalam level yang tinggi. 

Menurutnya, ada sejumlah kriteria kebijakan akan pelonggaran suku bunga acuan pada 2024. Mulai dari, seberapa cepat penguatan nilai tukar rupiah, seberapa terkendalinya inflasi inti dan pangan. 

“Selain itu, bagaimana kita melihat dukungan kredit terhadap pembiayaan ekonomi, dan kesemuanya mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini