Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan asuransi umum PT Asuransi Allianz Utama Indonesia (Allianz Indonesia) tengah menjajaki bisnis baru melalui segmen cyber insurance.
Presiden Direktur Allianz Utama Indonesia Sunadi Tan mengatakan bahwa cyber insurance menjadi salah satu fokus segmen bisnis perusahaan.
“Kalau ada kerugian kami lindungi, kalau ada kerugian seperti apa kami bayar. Kami ada special people untuk mengidentifikasi cyber insurance,” kata Sunadi saat berkunjung ke Bisnis Indonesia, dikutip pada Selasa (27/2/2024).
Sunadi menjelaskan bahwa Allianz Indonesia memiliki spesialis underwriter untuk mengukur maupun mengidentifikasi pembayaran cyber insurance nasabah.
Sunadi mengaku bahwa kontribusi segmen cyber insurance terhadap pendapatan premi perusahaan masih mini. Kendati demikian, Allianz Indonesia melihat peluang di pasar.
“Kami melihat [cyber insurance] ada peluang di market, tapi apakah itu akan besar? menurut saya itu niche market, saya juga nggak tahu volumenya akan berapa. Tapi itu ada kebutuhan yang biasanya big corporate itu membutuhkan untuk meng-cover itu [cyber insurance],” ungkapnya.
Sunadi menambahkan bahwa mengingat Allianz Indonesia tengah menggarap bisnis baru cyber insurance di pasar, perusahaan mengaku belum membukukukan premi dominan di bisnis ini.
“Dan awareness-nya juga belum seperti mobil, orang tahu bahwa ini wajib beli dan mereka juga banyak bertanya dan aktivitas itu banyak, tapi yang di-closing itu belum tentu [banyak], karena itu nggak murah [premi cyber insurance]. Jadi memang harus ada market tertentu,” jelasnya.
Allianz Utama Indonesia membukukan gross written premium (GWP) senilai Rp727,9 miliar dan laba sebelum pajak perusahaan Rp19,7 miliar pada kuartal IV/2023.
Sebaran premi Allianz Utama Indonesia mayoritas berasal dari liability yang mencapai 33%, property sebesar 33%, dan asuransi perjalanan sebesar 13%.
Merujuk laporan keuangan konvensional yang tersaji di laman resmi perusahaan, Allianz Utama Indonesia membukukan laba setelah pajak senilai Rp8,25 miliar per Desember 2023. Laba bersih perusahaan terbang 149,56% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya hanya mencetak Rp3,3 miliar.
Perolehan laba Allianz Utama Indonesia berasal dari jumlah pendapatan premi yang meningkat 9,41% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp665,29 miliar menjadi Rp727,91 miliar. Sementara itu, premi bruto perusahaan naik 11,05% yoy menjadi Rp633,94 miliar dari Rp570,87 miliar.
Allianz Utama Indonesia juga mencatat jumlah pendapatan underwriting terpantau tumbuh menjadi Rp288,57 miliar. Posisinya menebal 15,42% yoy dari Rp250 miliar pada Desember 2022.
Di sisi lain, perusahaan mengalami perbaikan klaim bruto menjadi Rp171,01 miliar dari semula Rp234,15 miliar, atau menyusut 26,97% yoy. Allianz Utama Indonesia juga mencatat hasil underwriting senilai Rp121,33 miliar, meningkat 26,4% yoy.
Per 31 Desember 2023, Allianz Utama Indonesia mencatat jumlah ekuitas yang menguat 1,2% yoy menjadi Rp815,75 miliar.
Di sisi indikator kesehatan keuangan, Allianz Utama Indonesia mencatat rasio pencapain solvabilitas (risk-based capital/RBC) berada di angka 481,8% pada Desember 2023. Artinya, RBC yang dimiliki perusahaan melampau ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan minimum 120%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel