Inflasi Jepang di Atas Perkiraan, Siap-Siap Suku Bunga Negatif Berakhir

Bisnis.com,27 Feb 2024, 15:39 WIB
Penulis: Jessica Gabriela Soehandoko
Ilustrasi resesi Jepang. Warga Jepang melintasi zebra cross di kawasan Shibuya, Tokyo. Dok Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi inti Jepang melambat selama tiga bulan berturut-turut. Namun, angka pada Januari 2024 melampaui perkiraan dan berada pada target bank sentral sebesar 2%, sehingga menjaga ekspektasi suku bunga negatif berakhir pada April 2024. 

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang pada Selasa (27/2/2024) Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2024 dilaporkan meningkat sebesar 2% secara tahunan.

Angka inflasi bulanan tersebut lebih lambat jika dibandingkan Desember 2023 yang sebesar 2,3% dan  mengalahkan perkiraan pasar rata-rata dengan kenaikan sebesar 1,8%. 

Sementara itu, IHK inti juga naik 3,5% secara tahunan pada Januari 2023, menyusul kenaikan sebesar 3,7% pada Desember 2023. 

Perlambatan IHK inti yang mencakup produk minyak namun tidak termasuk harga pangan segar mengalami perlambatan karena sebagian besar disebabkan oleh penurunan signifikan dalam biaya energi, akibat dampak dasar kenaikan tajam tahun lalu dan subsidi pemerintah, yang membatasi tagihan bensin dan utilitas. 

Laporan tersebut kemudian menekankan pandangan bahwa berkurangnya inflasi yang disebabkan oleh  impor komoditas dapat meringankan beban biaya hidup yang lebih tinggi.

Menguatnya Prospek Akhir Suku Bunga Negatif

Kabar tersebut memperkuat perkiraan bahwa perusahaan-perusahaan besar akan menawarkan kenaikan gaji yang besar akan pada pembicaraan upah tenaga kerja (Shunto) pada 13 Maret 2024. Langkah tersebut akan membuka jalan bagi BOJ untuk mengakhiri suku bunga negatif pada Maret atau April 2024.

"IHK bulan Januari membuka kemungkinan BOJ menaikkan suku bunga kebijakannya pada pertemuan bulan Maret jika hasil awal Shunto yang dirilis beberapa hari sebelum pertemuan cukup menggembirakan," jelas Marcel Thieliant dari Capital Economics.

Para analis juga berpendapat bahwa kunci kedepannya adalah apakah kenaikan upah cukup untuk mengalahkan inflasi, sehingga dapat mendorong daya beli rumah tangga. Perusahaan kemudian dapat terus membebankan biaya dan menjaga inflasi bertahan lama pada target 2%. 

“Sejauh menyangkut harga, tidak ada data hari ini yang dapat menghentikan langkah BOJ untuk mengakhiri suku bunga negatif, yang menurut saya akan terjadi pada bulan April,” jelas kepala ekonom di Totan Research, Izuru Kato.

Lanjutnya, Kato berpendapat BOJ perlu melakukan tindakan penyeimbang mengingat adanya kontraksi produk domestik bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut dan lesunya konsumsi swasta. Melemahnya yen juga menciptakan situasi seperti stagflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini