Bisnis.com, JAKARTA — Pasar nikel barangkali akan memanas jika permintaan pebisnis Australia terkabul, yakni agar terdapat identifikasi nikel bersih dan kotor berdasarkan jejak karbon dalam produksinya. Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di dunia, dinilai masih berproduksi dengan jejak kotor.
Dialah Andrew Forrest, orang terkaya di Australia yang meminta London Metal Exchange (LME) untuk mengidentifikasi komoditas nikel bersih dan kotor. Pengklasifikasian dilakukan berdasarkan emisi karbonnya, sehingga pelanggan dapat membuat pilihan terkait keberlanjutan produknya.
Permintaan Forrest itu bukan tanpa alasan. Perusahaan miliknya, Wyloo Metals Ltd. mengumumkan akan menutup tambang di Australia Barat karena harga nikel global anjlok, sehingga biaya operasional tambang yang membengkak tidak lagi sebanding dengan hasil penjualan.