Hadapi Tantangan Ekonomi, LPS Ingatkan Perbankan soal Likuiditas

Bisnis.com,29 Feb 2024, 14:54 WIB
Penulis: Arlina Laras
Karyawati beraktivitas di kantor Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta, Senin (9/5/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengingatkan perbankan terus mengoptimalkan likuiditas aset. Pasalnya, saat ini isu likuiditas menjadi sangat mendasar bagi perbankan dalam mengarungi tantangan perekonomian.

Direktur Eksekutif Surveilans, Pemeriksaan, dan Statistik LPS Priyanto Budi Nugroho mengatakan bahwa struktur pendanaan di Indonesia saat ini belum banyak berubah dibandingkan dengan kondisi 2008.

Menurutnya wholesale traditional funding ataupun simpanan deposito yang tersimpan dalam bank dalam negeri masih kurang dari tiga bulan, sedangkan di negara tetangga rata-rata di atas enam bulan. 

"Menurut kami ini timing yang tepat untuk kita sedikit restructure bisnis di sisi funding. Barangkali deposito 3 bulan bisa diperpanjang, dengan optimalisasi di sisi aset dan liabilitas, kami yakin kapalnya bisa cepat berlayar dan melewati badai," katanya dalam CNBC Economic Outlook 2024, Kamis (29/2/2024).

Sebagai catatan, Priyanto menyebut dari berbagai rasio, likuiditas aset perbankan memang telah mencukupi untuk berbagai potensi ke depan, baik dari penempatan di Bank Indonesia yang nilainya sudah mencapai Rp740 triliun serta di surat berharga baik di obligasi negara maupun di corporate bond. 

Lebih lanjut, dia juga mencatat untuk bank di luar KBMI IV alias bank bermodal inti lebih dari Rp70 triliun penting untuk menyesuaikan strategi pendanaan dan segmen yang akan dibiayai. “Yang kecil-kecil ini [bank] kan size-nya kecil nah ini harus menyesuaikan,” ucapnya.

Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung mengatakan bahwa giro wajib minimum (GWM) perbankan di Indonesia telah dilonggarkan untuk mendukung likuiditas, dengan catatan dana harus digunakan untuk menyalurkan kredit. 

Dia mencatat bahwa dari pelonggaran GWM tersebut masih ada Rp125 triliun yang dapat digunakan perbankan. 

Sebagaimana diketahui dalam Rapat Dewan Gubernur BI Februari, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa prospek ekonomi Indonesia tahun ini akan dipengaruhi oleh membaiknya ekspor sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia. 

Selain itu, permintaan domestik akan tetap baik didukung oleh positifnya keyakinan pelaku ekonomi.  

“Konsumsi rumah tangga dan investasi khususnya nonbangunan perlu terus didorong agar dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Perry. 

Kata Perry, BI akan terus memperkuat bauran kebijakan, khususnya melalui kebijakan makroprudensial dan kebijakan sistem pembayaran, serta bersinergi dengan stimulus fiskal Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini