Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatat layanan digital telah melaju pada 2023. Namun, terdapat kerawanan yang mesti diantisipasi oleh nasabah.
Pada 2023, BCA mencatatkan nilai transaksi mobile banking dan internet banking sebesar Rp24.825 triliun, naik 8,37% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Adapun, frekuensi transaksi mobile banking dan internet banking di BCA mencapai 25,6 miliar transaksi, naik 27,36% yoy. BCA juga mencatatkan jumlah pengguna layanan digitalnya sebanyak 30,3 juta.
Pada 2023, BCA juga mengembangkan layanan digitalnya seperti di MyBCA dengan meluncurkan produk-produk terbaru, misalnya produk paylater. Selain itu, BCA melengkapi platform digitalnya dengan layanan investasi atau wealth management.
Namun, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengingatkan agar nasabah berhati-hati di tengah pesatnya digitalisasi perbankan.
"Karena produk digital itu rawan, hati-hati menggunakannya dan kita selalu memberikan peringatan-peringatan," tuturnya dalam acara konferensi pers BCA Expoversary 2024 pada Kamis (29/2/2024).
BCA, menurutnya, secara terus menerus memberikan literasi keuangan di berbagai platform seperti situs hingga media sosial.
"Kami usahakan semaksimal mungkin untuk memberikan peringatan-peringatan, kalau ada yang aneh," katanya.
Di antara yang menjadi kerawanan saat layanan digital melesat adalah keamanan siber. Selain rawan penipuan, sektor perbankan rawan terkena serangan siber. Berdasarkan data dari Checkpoint Research 2022, sektor jasa keuangan mendapatkan 1.131 kali serangan siber setiap pekannya.
Sementara, data International Monetary Fund (IMF) pada 2020 menyebutkan total kerugian rata-rata tahunan akibat serangan siber di sektor jasa keuangan secara global mencapai sekitar US$100 miliar.
Sebelumnya, Direktur BCA Santoso mengatakan BCA pun melakukan sederet upaya keamanan siber. BCA misalnya bekerja sama dengan peretas topi putih untuk mengetahui kelemahan-kelemahan sistem perbankan.
"Hacker topi putih juga update informasi terkait tren-tren modus serangan siber terbaru. Itu untuk kami dapatkan skema keamanannya," katanya.
Peretas topi putih merupakan istilah bagi peretas etis atau pakar keamanan siber. Peretas ini menguji penetrasi dan menjalankan metodologi pengujian lain untuk mengetahui titik-titik kelemahan sistem informasi suatu organisasi.
"Namun, sampai saat ini kami belum mendengar kelemahan di sistem BCA," kata Santoso.
Menurutnya, sejumlah kasus seperti penipuan kerap terjadi merupakan kelemahan dari sisi pengguna.
"Ini tantangannya, bagaimana bank siapkan security system supaya customer bisa lakukan proteksi," ujar Santoso.
Dia mengatakan BCA pun terus melakukan upgrade terhadap sistem keamanan sibernya. Misalnya terdapat konsep gembok dan kunci. Dalam mengakses platform digital, nasabah dilengkapi dengan user ID dan biometrik. Selain itu, terdapat PIN hingga password.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel