Kabar Baik, Jepang Berencana Umumkan Berhasil Atasi Deflasi

Bisnis.com,03 Mar 2024, 17:53 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Warga Jepang melintasi penyebrangan jalan di kawasan Shibuya, Tokyo. Jepang dilanda deflasi dalam 25 tahun ke belakang dan kini terdapat sinyal untuk segera berakhir. / dok. Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Jepang sedang mendiskusikan penyampaian pengumuman secara resmi bahwa perekonomian negara tersebut telah berhasil mengatasi deflasi

Dilansir dari Bloomberg pada Minggu (3/3/2024), kantor berita Jepang Kyodo melaporkan bahwa berdasarkan informasi dari sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, terdapat dokumen terkait keputusan pengumuman berhentinya deflasi. 

Keputusan itu berangkat setelah mempertimbangkan negosiasi upah tenaga kerja tahun ini, untuk memeriksa apakah upah meningkat sesuai dengan kenaikan harga. 

Kyodo melaporkan bahwa proposal tersebut mencakup Perdana Menteri Fumio Kishida dan anggota kabinet lainnya yang secara terbuka mengatakan dalam konferensi pers bahwa negara tersebut telah keluar dari deflasi, juga menyertakannya dalam laporan ekonomi bulanan.

Jepang telah berjibaku menghadapi 'deflasi akut' yang menjangkit negara tersebut selama 25 tahun. Kondisi itu menekan keuntungan perusahaan dan menghambat pertumbuhan upah pekerja, alhasil konsumsi swasta mengalami stagnasi, padahal kontribusinya sangat besar terhadap perekonomian Jepang.

Berakhirnya deflasi pun membawa harapan bahwa ekonomi Jepang akan bangkit dari stagnasi yang berkepanjangan.

Adapun, pasar terus mengamati waktu kenaikan suku bunga Bank of Japan (BoJ) berikutnya, karna akan menjadi yang pertama sejak 2007. 

Mengutip data dari Trading Economics, BoJ telah mempertahankan suku bunga acuan -0,1% sejak 2016 setelah sebelumnya berada di level 0% selama lima tahun. 

Gubernur BoJ Kazuo Ueda mengatakan baru-baru ini bahwa target harga belum terlihat dan bank sentral akan terus memeriksa apakah siklus yang baik antara upah dan harga mulai berubah.

Inflasi acuan Jepang melebihi estimasi pada Januari, dengan harga-harga konsumen di luar makanan segar naik 2% secara tahunan atau year-on-year (YoY).

Kondisi ini terjadi selama 22 bulan berturut-turut di mana inflasi menyamai atau melampaui target bank sentral negara ini. 

Sementara itu, pasar tenaga kerja Jepang tetap ketat di bulan yang sama, menjaga tekanan pada perusahaan-perusahaan untuk menjanjikan kenaikan upah yang solid dalam negosiasi upah tahunan yang sedang berlangsung dengan serikat pekerja. 

Inflasi yang terjadi sejak 2022 sebagian besar didorong oleh tingginya biaya impor dan prospek kenaikan upah yang berkelanjutan.

BoJ menilai bahwa kondisi yang terjadi belakangan tidak menghilangkan risiko kembalinya deflasi di Negeri Samurai. Pasalnya, kenaikan harga barang dan jasa di sana masih terbilang moderat.

Menurut laporan Kyodo, pemerintah akan mempertimbangkan indeks harga konsumen dan data ekonomi utama lainnya dalam mengambil keputusan kenaikan upah tersebut. 

Di sisi lain, saat ini ekonomi Jepang tengah menghadapi resesi karena terkontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Kuartal IV/2023 tercatat sebesar -0,1% dan kuartal III/2023 sebesar -0,8%. 

Bahkan kondisi ini membuat Jepang harus lapang dada karena negara tersebut terlempar dari ekonomi terbesar ketiga di dunia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Wibi Pangestu Pratama
Terkini