Ramadan dan Lebaran Berpotensi Dongkrak Ekonomi DIY

Bisnis.com,07 Mar 2024, 22:39 WIB
Penulis: M Faisal Nur Ikhsan
Ibrahim, Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi DI Yogyakarta (kiri), bersama Hermanto Deputi Kantor Perwakilan BI Provinsi DI Yogyakarta (kanan), memberikan paparan jelang Ramadan dan Idulfitri pada Kamis (7/3/2024)./Bisnis-Muhammad Faisal Nur Ikhsan.

Bisnis.com, YOGYAKARTA - Momen Ramadan dan Idulfitri diperkirakan bakal memacu kinerja perekonomian di DI Yogyakarta. Beberapa sektor usaha seperti pariwisata, penyediaan akomodasi dan makan minum, transportasi, serta pergudangan berpotensi tumbuh positif seiring kedatangan wisatawan.

Ibrahim, Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi DI Yogyakarta, mengungkapkan bahwa beberapa indikator seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan kondisi ekonomi daerah memberikan sinyal peningkatan. Secara historis, Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) berpotensi meningkatkan jumlah kedatangan penumpang transportasi.

"Ini karena DI Yogyakarta jadi preferensi utama, terutama oleh wisatawan domestik. Peluang ini yang mesti kita tangkap sehingga memberikan manfaat ke masyarakat, termasuk sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)," jelas Ibrahim dalam konferensi pers yang digelar di Kota Yogyakarta pada Kamis (7/3/2024).

Namun demikian, Ibrahim mengingatkan bahwa potensi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik tersebut perlu direspon dengan hati-hati. Pemerintah daerah mesti memastikan beberapa langkah antisipasi."Dinas dan otoritas terkait, juga pemerintah daerah, harus menyiapkan sisi pasokannya. Sehingga ada keseimbangan antara jumlah yang diminta dan yang ada di pasaran," jelas Ibrahim.

Jelang Idulfitri, pergerakan harga dari sejumlah kelompok pengeluaran juga perlu diantisipasi. Ibrahim menyebut, inflasi tarif angkutan udara diperkirakan akan meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan.

"Peningkatan turut dipicu oleh masih relatif tingginya harga minyak dunia sehingga berdampak terhadap harga avtur domestik. Inflasi tarifkereta api juga diprakirakan meningkat pada momen Ramadhan dan HBKN Idul Fitri. Tekanan tarif kereta api telah terlihat sejak bulan Februari 2024 seiring dengan penjualan tiket Kereta Api (KAI) untuk angkutan lebaran tahun 2024 yang mulai dibuka pada pertengahan Februari lalu," jelas Ibrahim.

Selain inflasi pada kelompok pengeluaran transportasi, Ibrahim juga menyebut momen Lebaran masih berpotensi mendorong laju inflasi pada komoditas pangan.

"Memang beras, cabai, ini masih sangat tidak stabil. Beras masih ada kelangkaan. Cabai merah kemarin masih ada anomali cuaca. Ini masih ada gangguan panen sehingga harganya masih tinggi dan memberikan tambahan kontribusi di inflasi," jelasnya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Ibrahim menjelaskan bahwa KPw BI Provinsi DI Yogyakarta telah memberikan beberapa rekomendasi. Operasi pasar, Gerakan Pangan Murah (GPM), serta penyaluran beras dari cadangan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) juga telah digencarkan.

Lebih lanjut, Ibrahim mengakui tiga rekomendasi tersebut memang tidak bisa sepenuhnya menanggulangi ataupun menurunkan harga pangan yang sudah terlanjur melejit. Namun, strategi tersebut tetap perlu diambil buat meredam laju pergerakan harga komoditas pangan.

"Target pemberian bantuan ini kan lebih ke masyarakat berpenghasilan rendah. Bukan kepada masyarakat menengah ke atas. Jadi kami harapkan daya beli masyarakat bisa dikurangi dengan adanya bantuan, karena pada dasarnya harga yang disampaikan oleh otoritas pemerintah daerah dan Bulog itu di bawah harga pasar, karena ada subsidi," jelas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini