Struktur Gemuk Direksi BTN Setara Bank Mandiri, Dirut Beberkan Alasannya

Bisnis.com,07 Mar 2024, 09:35 WIB
Penulis: Arlina Laras
Direksi Bank Tabungan Negara (BBTN) atau BTN memapaskan filosofi di balik logo baru perusahaan./Bisnis - Arlina Laras.

Bisnis.com, JAKARTA -- Rapat Umum Pemegang Saham Tabungan (RUPST) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) menyetujui soal penambahan posisi direktur baru.

Tercatat, mantan Direktur Institutional Banking PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) Muhammad Iqbal diangkat sebagai Direktur SME dan Retail Funding BTN. Sebelum RUPST perseroan ini, jabatan tersebut tidak ada.

Jumlah direktur BTN dengan penambahan posisi baru tersebut menjadi 11 direktur usai RUPST. Jumlah ini sama dengan Bank Mandiri yang juga memiliki 11 direktur. Sementara, bank BUMN lainnya, BRI dan BNI memiliki 12 direktur.

Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu membeberkan alasan hadirnya posisi direksi baru ini untuk memperkuat struktur pendanaan perseoan, termasuk pembiayaan di segmen UMKM dengan memanfaatkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

“Selain di kredit pemilikan rumah [KPR], segmen [UMKM] ini cocok dengan nasabah BTN yang masuk kategori masyarakat berpenghasilan rendah [MBR] dan bisnis turunan dari perumahan. Kita ingin KUR kami tumbuh lebih cepat,” ujarnya dalam Konferensi Pers RUPST, Rabu (6/3/2024)

Tak hanya itu, pihaknya juga ingin menggenjot dana pihak ketiga (DPK) ritel. Pasalnya, segmen tersebut tumbuh terbatas dibandingkan dengan pendanaan dari institusi.

Nixon juga mengungkapkan salah satu upaya untuk mendorong pendanaan ritel adalah dengan menghadirkan direktorat baru untuk fokus pada digital sales. Namun, direktorat tersebut hanya akan dipimpin oleh SEVP.

“Ini merupakan bagian untuk mendorong bisnis retail funding dan dana murah [CASA], karena kita merasa tertinggal dengan Himbara lain. Dengan pertumbuhan itu, kami juga akan memiliki biaya dana [cost of fund] lebih murah lagi,” tuturnya.

Sebagai informasi, dari segi pendanaan, BTN meraup dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp349,93 triliun, naik 8,7%, dari sebelumnya Rp321,94 pada 2022.

Dana murah atau current account savings account (CASA) BTN sebesar Rp188 triliun sepanjang 2023, tumbuh 20,36% dari sebelumnya Rp156,2 triliun atau porsinya mencapai 53,73% dari total DPK.

Apabila dibandingkan dengan bank BUMN lain, porsi dana murah BTN masuk pada posisi paling buncit. Tercatat, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI)  memiliki rasio dana murah mencapai 74,3%.

Lalu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang mencatat rasio dana murah sebesar 71,23% per akhir Desember 2023.

Kemudian, disusul oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatat dana murah sebesar Rp874,07 triliun sepanjang 2023 atau porsinya mencapai 64,35% dari total DPK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini