Bisnis.com, JAKARTA -- Dua emiten bank BUMN PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatatkan kinerja jeblok harga saham dalam sepekan terakhir di tengah momen tebaran dividen jumbo.
Berdasarkan data RTI Business, harga saham BBRI turun 2,85% pada perdagangan akhir pekan, Jumat (15/3/2024) ditutup di level Rp5.975. Dalam sepekan, harga saham BBRI turun 3,63%.
Sementara, harga saham BBNI turun 5,69% pada perdagangan akhir pekan ini dan ditutup pada level Rp5.800. Harga saham BBNI juga turun 2,52% dalam sepekan perdagangan ini.
Kinerja jeblok harga saham BBRI dan BBNI terjadi di tengah momen tebaran dividen. Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) BRI telah memutuskan untuk memanfaatkan 80% laba tahun buku 2023 BRI atau sebesar Rp48,1 triliun untuk dividen tunai.
Adapun, akhir periode perdagangan saham dengan hak dividen alias cum dividend di pasar reguler dan pasar negosiasi berlangsung pada 13 Maret 2024. Lalu cum dividen di pasar tunai berlangsung pada 15 Maret 2024.
RUPST BNI juga telah menyetujui pembagian dividen 50% dari laba bersih tahun buku 2023 atau Rp10,45 triliun. Cum dividend BNI di pasar reguler dan pasar negosiasi dijadwalkan pada 14 Maret 2024. Lalu, cum dividen BNI di pasar tunai pada 18 Maret 2024.
Meski begitu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan sentimen dividen terhadap kinerja harga saham telah berlalu. "Fenomena dividen sudah ter-priced-in," katanya kepada Bisnis pada Jumat (15/3/2024).
Menurut Nafan, ke depannya kinerja saham bank jumbo seperti BBRI dan BBNI tetap prospektif meskipun pekan ini terkoreksi.
"Selain karena ekspektasi dividen, fundamental perbankan KBMI [kelompok bank dengan modal inti] IV ini kuat. Ke depannya, finansial menjadi leading sektor, tinggal terkait dinamika penentuan suku bunga The Fed sekaligus penetapannya apakah ada penyesuaian," kata Nafan.
Dalam riset Maybank Sekuritas Indonesia yang dirilis baru-baru ini juga mempertahankan pandangan positif terhadap perbankan Indonesia pada 2024, termasuk untuk BBRI dan BBNI.
Tercatat, pertumbuhan kredit industri tetap bertahan kuat pada Januari 2024, meningkat sebesar 11,8% secara tahunan dari sebelumnya 10,5% Januari 2023.
Lebih lanjut, pertumbuhan kredit industri awal tahun ini ditopang oleh seluruh kategori penyaluran kredit, antara lain kredit investasi senilai 13,4% yoy, kredit modal kerja sebesar 12,3% yoy dan kredit konsumsi senilai 9,6% yoy.
“Dari sisi sektor, pertumbuhan tercepat di kredit adalah pertambangan, layanan sosial, dan layanan bisnis,” kata analis Jeffrosenberg Chenlim dan Faiq Asad.
Kemudian di sisi pendanaan, deposito naik 5,8% secara tahunan pada Januari 2024 untuk semua bank, jauh lebih cepat dibandingkan Desember 2023 sebesar 3,8%
Selain itu, pertumbuhan dana murah alias current account saving account (CASA) juga meningkat sebesar 5,6% dibanding Desember yang hanya sebesar 2,9%
“Kami melihat hal ini sebagai pertanda positif bagi perbankan, karena pertumbuhan CASA yang lebih cepat akan membantu memitigasi dampak tingginya suku bunga terhadap biaya dana alias cost of fund,” tulis kedua analis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel