Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah platform financial technology peer-to-peer (fintech P2P) lending yang menyediakan pinjaman berbasis online (pinjol) menyatakan bahwa komposisi peminjam dana (borrower) aktif masih berpusat di wilayah Pulau Jawa.
Perusahaan fintech P2P lending PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku) mencatat bahwa hingga saat ini perusahaan belum mengalami pergeseran komposisi penerima dana. Country Head Indonesia Modalku Arthur Adisusanto mengatakan bahwa jumlah peminjam di Modalku masih didominasi di Pulau Jawa.
“Hal ini dikarenakan permintaan terhadap akses pendanaan di kawasan ini masih cukup besar dan aktivitas perekonomian Indonesia yang memang didominasi di Pulau Jawa,” kata Arthur kepada Bisnis, Rabu (20/3/2024).
Meski pulau Jawa masih mendominasi, Arthur menuturkan peminjam Modalku juga tersebar di luar pulau Jawa, antara lain Sumatra Utara, Lampung, Sumatra Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Dari sisi kinerja, Arthur menyampaikan bahwa hingga saat ini Grup Modalku telah menyalurkan pendanaan sebesar lebih dari Rp57,6 triliun kepada lebih dari 5,1 juta transaksi UMKM di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Arthur berharap, Modalku dapat mencatatkan pertumbuhan yang konsisten dibanding tahun lalu. Di samping itu, perusahaan juga terus mengeksplorasi peluang ekspansi ke luar pulau Jawa untuk mendorong distribusi penyaluran pendanaan yang lebih merata.
Selain itu, lanjut Arthur, Modalku juga akan terus mengedepankan inovasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak dan partner untuk membangun solusi pendanaan yang lebih luas bagi UMKM.
Senada, PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran) juga menyampaikan bahwa komposisi peminjam aktif Akseleran masih didominasi dari Pulau Jawa, yakni sebanyak 90% selama 2–3 tahun terakhir. Adapun saat ini, Akseleran mencatat terdapat 5.351 peminjam aktif.
“Alasannya karena aktifitas ekonomi Indonesia yang memang masih berpusat di Jawa. Kami dengan senang hati menyalurkan pendanaan yang di luar Jawa selama hasil asesmennya layak. Proyeksinya dalam 2–3 tahun ini mudah-mudahan bisa kita naikkan sedikit-sedikit secara gradual untuk bisa ke level 12–13%-an yang luar Jawa,” ungkap Group CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan kepada Bisnis.
Hingga saat ini, outstanding pinjaman Akseleran hampir menyentuh Rp600 miliar, sedikit naik dari akhir 2023. Sementara itu, perusahaan menargetkan penyaluran mencapai Rp3,8 triliun, atau naik dari Rp2,85 triliun dibandingkan tahun lalu.
“Karena makro ekonomi lebih baik dan suku bunga bank sentral sudah stabil dan tidak naik lagi. Bahkan mungkin suku bunga bank sentral akan turun setelah lebaran,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel