Tidak Berpotensi Tsunami, BMKG Jelaskan Penyebab Gempa 6,1 Magnitudo di NTT

Bisnis.com,24 Mar 2024, 14:01 WIB
Penulis: Anshary Madya Sukma
Ilustrasi pengukuran gempa bumi dengan seismograf/thetreebune

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan gempa bumi 6,1 magnitudo yang melanda Ende, Nusa Tenggara Timur tidak berpotensi tsunami.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan pihaknya telah telah melakukan pengecekan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter. Hasilnya, BMKG menyimpulkan bahwa gempa bumi ini berjenis dangkal.

"Jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif dasar laut. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan mendatar naik atay oblique thrust fault," ujarnya saat dihubungi, Minggu (24/3/2024).

Daryono menambahkan, gempa bumi ini berdampak di daerah Ende dengan skala intensitas IV MMI. Sementara, di daerah Larantuka dan Waingapu memiliki skala III sampai IV MMI.

"Gempabumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Ende dengan skala intensitas IV MMI atau bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah," tambahnya. 

Lebih lanjut, untuk daerah Sabu memiliki skala intensitas II-MMI atau setara getaran truk berlalu, dan daerah Bima memiliki skala intensitas II yang artinya getaran membuat benda ringan yang digantung bergoyang.

Daryono memabahkan hingga pukul 10.25 WIB, monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan.

Diberitakan sebelumnya, BMKG telah melaporkan gempa magnitudo 6,1 mengguncang wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Minggu (24/3/2023).

Berdasarkan laporan itu pusat gempa berada di laut 106 Km Tenggara Ende NTT pukul 10.04 WIB. Adapun kedalaman pusat gempa tersebut adalah 47 Km.

Namun usai dilakukan pendalaman, BMKG menyatakan bahwa gempa bumi di NTT ini dilanda 5,8 magnitudo hang berada di laut pada jarak 128 Km arah Tenggara Ende, Nusa Tenggara Timur pada kedalaman 41 km.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Thomas Mola
Terkini