Bisnis.com, JAKARTA - Transaksi keuangan digital masyarakat bakal mengalami lonjakan saat masa libur Lebaran. PT Artajasa Pembayaran Elektronis (Artajasa) memastikan sistem infrastuktur pembayaran yang dikelolanya aman dengan melakukan sejumlah langkah preventif.
President Director Artajasa Armand Hermawan menuturkan transaksi keuangan digital pada masa libur panjang, seperti Lebaran dan Nataru, biasanya mengalami lonjakan.
"Pada periode Nataru dan Lebaran secara historis naik 20% hingga 30% dari masa normal bulan sebelumnya. Misalnya Lebaran tahun ini 10 April, [transaksi] naik 20% dari Maret," ujarnya pada acara Silaturahmi dan Buka Puasa bersama Media di Jakarta, Senin (25/3/2024).
Director of Technology & Operation Artajasa Teddy Sis Herdianto menambahkan Bank Indonesia (BI) sebagai regulator sistem pembayaran nasional, telah meminta perusahaan penyedia infrastruktur pembayaran (PIP) untuk menjaga sistem keamanan dan ketersediaan layanan selama periode libur Lebaran.
Artajasa pun melakukan sejumlah langkah penguatan sistem di antaranya mempersiapkan infrastruktur sedini mungkin untuk menghindari permasalahan operasional. "Persiapan, tentunya kami melakukan pemeliharaan sistem yang lebih detail dan lebih dalam karena akan menghadapi masa peak transaksi," ujarnya.
Perbaikan sistem agar dapat berjalan lancar juga telah dilakukan sebelum masa puncak transaksi tiba, yaitu dimulai pada 25 Maret 2024. Perseroan mulai hari ini telah menutup perubahan sistem.
"Freeze untuk menjaga tidak ada perubahan yang menganggu layanan dari masa gajian hingga sampai peak kira-kira 5 April 2024. Kami benar-benar menjaga karena diproyeksikan transaksi tumbuh tinggi," jelas Teddy.
Tak hanya itu, Artajasa juga menyiapkan SDM yang selalu standby 24/7 selama masa libur Lebaran untuk memastikan layanan dan melakukan recovery secepat mungkin jika terjadi permasalahan.
Perluasan Layanan Sistem Pembayaran
Sementara itu, untuk mendukung perluasan akses digital sistem pembayaran di Indonesia, Artajasa ikut memperkuat berbagai layanan yang dikelolanya.
Hal ini sejalan dengan arahan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang menyoroti tren digitalisasi sektor keuangan, yaitu digitalisasi sistem pembayaran, digitalisasi perbankan juga industri keuangan, serta digitalisasi melalui konektivitas cross-border payments.
Armand menyatakan Artajasa mengedepankan terobosan baru dalam sistem pembayaran untuk inovasi perluasan layanan menjadi solusi managed service. "Dengan tujuan memberikan customer experience yang lebih baik dan terpadu dalam transaksi digital keuangan," ujarnya.
Sebagai informasi, saat ini Artajasa melayani berbagai institusi perbankan dan keuangan untuk layanan switching, di antaranya ATM Bersama, Debit GPN, QRIS, dan terkoneksi ke 98 bank dan lebih dari 82.000 terminal ATM.
Tidak hanya itu, layanan Artajasa juga terhubung dengan 31,44 juta merchant QRIS dan lebih dari 300 institusi di berbagai industri untuk layanan payment.
Solusi layanan yang dimiliki Artajasa mencakup layanan end-to-end, dari Front-End, seperti pengelolaan perangkat (ATM, EDC, internet banking, mobile banking, E-KYC, dll) hingga layanan Back-End, seperti sistem middleware, fraud detection system, third-part card management, hingga processing credit card and debit card yang terhubung ke prinsipal global.
Mencermati kebutuhan tantangan digitalisasi yang terjadi di semua industri, khususnya ritel, Artajasa menghadirkan layanan pengelolaan kasir secara digital, yang dapat mendukung kebutuhan bisnis merchant dalam mengelola inventory yang terintegrasi dengan sistem pembayaran hingga penyediaan laporan keuangan harian.
Artajasa juga menghadirkan Fraud Detection System yang meneydiakan pemantauan transaksi secara real-time sebagai upaya mengurangi fraud dalam transaksi keuangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel