Simpanan Korporasi Tumbuh, Masyarakat RI Doyan Belanja?

Bisnis.com,26 Mar 2024, 20:08 WIB
Penulis: Arlina Laras
Pegawai menerima telepon dari nasabah di Pusat Layanan dan Informasi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Jakarta, Senin (31/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) korporasi tumbuh 8,6%pada Februari 2024, naik dibanding Januari 2024 sebesar 6,2%. Adapun, faktor pendorong pertumbuhan ini mulai dari daya beli masyarakat hingga ekspektasi soal ekonomi ke depan.

Berdasarkan Analisis Perkembangan Uang Beredar Februari 2024 yang dirilis Bank Indonesia, secara total, DPK secara industri sebesar Rp8.193 triliun, tumbuh 5,4% secara tahunan (year on year/yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 5,8% yoy.  

Peneliti INDEF Abra Talattov mengatakan pertumbuhan DPK ini menggambarkan perekonomian yang makin bergeliat, khususnya yang dialami pelaku usaha yang berada dalam tren yang positif.

“Lalu, dilihat dari tren Purchasing Manager Index [PMI] manufaktur Indonesia yang selama 30 bulan berturut-turut selalu di level atas 50, artinya ekspansif,” ujarnya pada Bisnis, Selasa (26/3/2024).

Menurutnya, dengan PMI yang ekspansif, kian menandakan konsumsi masyarakat, utamanya di awal tahun, menjadikan dari sisi dunia usaha membuat ekonomi menjadi bergeliat hingga membuat pendapatan korporasi meningkat

“Ini tercermin dari DPK yang tumbuh positif,” ucapnya. 

Menurutnya, pertumbuhan DPK korporasi dipengaruhi banyak variabel, seperti daya beli masyarakat, ekspektasi ekonomi hingga variabel berupa insentif fiskal dan di sektor perbankan dan keuangan.

“Memang variabel ini punya porsi atas perkembangan DPK korporasi. Tapi, yang paling dominan itu karena sentimen konsumsi yang lebih baik yang dilakukan oleh masyarakat,” ujarnya.

Dia menyebut, konsumsi masyarakat yang baik lantaran adanya optimisme terhadap ekonomi ke depan.

“Jadi, masyarakat membelanjakan konsumsi lebih banyak, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen masyarakat,” katanya.

Akan tetapi, kata Abra, meski DPK korporasi meningkat, sebenarnya ada tantangan yang dihadapi dunia usaha dalam melakukan ekspansi usaha, utamanya tantangan suku bunga kredit masih tinggi baik dari The Fed dan Bank Indonesia (BI)

Alhasil, ini menyebabkan tingginya suku bunga kredit perbankan dalam negeri tinggi, yang pada akhirnya kredit investasi dan kredit modal kerja sedikit terhambat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini