Bisnis.com, JAKARTA – Pasang surut aset dan laba seakan mewarnai pencapaian kinerja bank syariah di tengah aksi konsolidasi para untuk memperbaiki persaingan pasar bank syariah.
Adapun, berdasarkan data laba rugi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang dirilis OJK per Januari 2024 perbankan syariah mencatat total laba Rp988 triliun yoy, susut 8,6% dari periode sebelumnya Rp1.081 triliun.
Sementara, aset bank syariah per Januari 2024 tumbuh 8,1% mencapai Rp845,61 triliun ketimbang tahun sebelumnya Rp782,1 triliun.
Capaian aset bank syariah ditopang oleh laju pembiayaan bank syariah yang moncer, di mana mencapai Rp565,15 triliun pada Januari 2024, tumbuh 15,68% dari Januari 2023 hanya Rp488,55 triliun.
Selanjutnya, dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan syariah secara industri juga memiliki kinerja yang baik, yakni senilai Rp656,16 triliun per Januari 2024, tumbuh 8,98% dari sebelumnya Rp602,11 triliun.
Lalu, bagaimana peringkat bank syariah di Indonesia? Berikut ulasannya:
- Bank Syariah Indonesia (BSI)
PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) alias BSI menjadi pengelola aset bank syariah terbesar di Indonesia. Bank syariah hasil merger Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, dan Bank BRI Syariah (BRIS) ini telah meraup aset Rp353,62 triliun atau naik 15,7% secara tahunan.
Sementara itu, BSI membukukan laba bersih Rp5,7 triliun sepanjang 2023, tumbuh 33,8% secara tahunan (year on year/yoy). - CIMB Niaga Syariah
Pada posisi kedua tercatat UUS PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA), di mana aset CIMB Niaga Syariah pada 2023 itu telah membukukan aset mencapai Rp62,74 triliun pada 2023. Angka ini susut dibandingkan aset tahun sebelumnya sebesar Rp62,95 triliun.
Meski begitu, CIMB Niaga Syariah mencatatkan pertumbuhan pesat penyaluran pembiayaan mereka 17,06% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp55,23 triliun pada 2023.
CIMB Niaga Syariah juga telah membukukan laba bersih sebesar Rp1,91 triliun pada 2023, tumbuh signifikan 26,49% yoy.
Sebelumnya, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan memastikan CIMB Niaga akan mengikuti aturan UU POJK yang mewajibkan bank melepas unit usaha syariahnya yang sudah memiliki aset Rp50 triliun.
"Spin off ini kan ketentuan Undang-Undang, yang mengatakan bahwa apabila aset UUS sudah mencapai Rp50 triliun, harus spin off menjadi Bank Umum Syariah (BUS) dan ini kami jalankan," jelas Lani, Jumat (7/3/2024).
Dia mengatakan proses spin off sudah dimulai sejak 2023 dan saat ini CIMB Niaga sedang melakukan komunikasi intensif dengan OJK dan regulator lainnya.
Lani menyebut CIMB Niaga dan OJK sedang menyamakan persepsi seperti apa skema CIMB Niaga Syariah dengan induknya saat ini sebagai bank yang terpisah. Nantinya, perseroan menargetkan spin off CIMB Niaga Syariah akan dimulai pada Juli 2025 dan secara penuh akan dilepas pada 2026.
"Kami akan spin off sesuai dengan yang ditentukan regulasi yakni 2025, di bulan Juli, tapi itu startnya. Full spin off di 2026," ujar Lani.
Jika realisasi spin off berjalan sesuai rencana, Lani menyebut Bank CIMB Niaga Syariah akan menjadi Bank Syariah terbesar kedua setelah BSI. Menurutnya hal ini sesuai dengan target pemerintah yang menginginkan adanya bank syariah besar selain BSI. - Bank Muamalat
Posisi ketiga ditempati PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.yang mencatat aset bank only sebesar Rp66,95 triliun pada 2023. Nilai tersebut tumbuh sebesar 9,11% yoy.
Sementara itu, terkait laba, perseroan membukukan laba bersih Rp13,29 miliar pada 2023. Sementara, pada tahun sebelumnya Bank Mualamat mencatatkan laba senilai Rp26,58 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, Bank Muamalat mencatatkan penurunan pendapatan setelah distribusi bagi hasil sebesar 37,87% yoy menjadi Rp204,84 miliar pada 2023, dari sebelumnya Rp329,69 miliar pada 2022. - BTN Syariah
Lalu, pada posisi keempat diduduki oleh Unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) sebagai peraih aset dan pembiayaan terbesar, di mana aset BTN Syariah tumbuh 19,75% menjadi Rp54,29 triliun dari periode tahun sebelumnya Rp45,34 triliun pada 2022.
BTN Syariah juga mencetak pertumbuhan laba bersih mencapai Rp702,33 miliar pada 2023. Capaian BTN Syariah, yang dikabarkan akan dilebur dengan Bank Muamalat itu, mencatatkan laba melonjak 110,55% dibandingkan perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp333,58 miliar.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu sempat membeberkan usai usai melakukan akuisisi dengan satu bank syariah, nantinya model bisnis dari BTN Syariah hampir sama dengan segmen konvensional.
Di mana, porsi 60% hingga 70% akan difokuskan pada perumahan sesuai dengan ekosistem yang dibangun BTN. Sementara, 30% hingga 40% sisanya akan didorong ke segmen turunan lainnya, yakni SME dan UMKM.
"Harapan kami pada semester II tahun depan, UUS dikeluarkan dari BTN dan digabungkan ke bank yang sudah diakuisisi, ini diharapkan menjadi bank terbesar kedua di segmen syariah nomor dua di Indonesia," harap Nixon. - Maybank Indonesia Syariah
Menyusul keempat BUS dan UUS lainnya yang bahkan dua di antaranya optimistis dapat menyaingi BSI, muncul nama Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) atau Maybank Indonesia Syariah yang diam-diam telah mencatat total aset UUS menjadi Rp41,04 triliun pada 2023, naik 2,5% dari periode sebelumnya sebesar Rp40,04 triliun.
Maybank Indonesia Syariah juga mencatat peningkatan Laba Sebelum Pajak (PBT) yang signifikan sebesar 66,8% menjadi Rp504 miliar dari Rp302 miliar pada tahun sebelumnya.
Pertumbuhan PBT yang kuat ini didukung oleh pendapatan operasional yang meningkat sebesar 68,9% sejalan dengan fokus Unit Usaha Syariah dalam mengembangkan portofolio pembiayaan dan pendapatan fee. - Permata Syariah
Terakhir, ada UUS Bank Permata atau Permata Syariah misalnya mencatatkan aset sebesar Rp38,33 triliun per 2023, naik 17,12% secara tahunan (year on year/yoy).
Apabila dilihat dari laba, Permata Syariah mencatatkan penyusutan laba bersih 22,74% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp81,69 miliar pada 2023, dibandingkan laba bersih pada 2022 sebesar Rp105,74 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel