Batu Bara Masih Lama

Bisnis.com,30 Mar 2024, 16:30 WIB
Penulis: Reni Lestari
Bisnisgrafik---Bisnisdotcom---Batu-Bara-Masih-Lama-2---Afandi

Bisnis.com, JAKARTA — Permintaan batu bara akan tetap tinggi di tengah lemahnya ketahanan energi China dan naiknya konsumsi India. Kedua negara itu merupakan negara penyumbang emisi terbesar dunia.

Belum lagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara yang terus dibuka, diantaranya di China, India, dan Indonesia. Tahun lalu, emisi karbon global kembali mencapai rekor sebesar 37,2 giga ton CO2 ekuivalen.

Sementara itu, China unggul dalam pembangunan PLTU batu bara baru sepanjang tahun lalu. Global Energy Monitor mencatat PLTU batu bara baru yang dibuka China sebesar 47.444 MW, menyusul kemudian Indonesia 5.944 MW, dan India 5.470 MW.

"Anda lihat di Asia, permintaan dan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara, khususnya di India, batu bara tidak akan kemana-mana dalam waktu dekat," kata Rob Bishop, CEO perusahaan pertambangan asal Australia, New Hope Corp., dalam sebuah wawancara, dikutip dari Bloomberg.

Pada 2022, invasi Rusia ke Ukraina dan pemadaman listrik selama gelombang panas di India semakin meningkatkan permintaan batu bara. Menurut IEA, pada tahun lalu, produksi telah meningkat hingga mencapai rekor 8,7 miliar ton.

Angka tersebut diperkirakan akan turun pada tahun ini. Namun, badan tersebut memperkirakan angkanya akan stabil pada 2026.

Hal ini bukanlah kabar baik bagi upaya mengekang emisi karbon dan mencapai tujuan iklim global. Di tengah berbagai risiko krisis iklim yang kian nyata, meninggalkan batu bara ternyata butuh lebih dari sekadar komitmen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Reni Lestari
Terkini