Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Jasa Jakarta (Bank Saqu) besutan PT Astra International Tbk. (ASII) membukukan rugi bersih Rp47,44 miliar pada 2023. Padahal, setahun sebelumnya BJJ membukukan laba bersih Rp60,96 miliar.
Astra masuk mengambil alih BJJ melalui PT Sedaya Multi Investama (SMI) atau Astra Financial. Pada 2022, Astra bersama WeLab Sky Limited mengakuisisi BJJ senilai US$500 juta.
Setahun setelahnya, BJJ kemudian dikembangkan menjadi bank digital baru. Pada akhir tahun lalu, BJJ mengembangkan layanan digital bernama Bank Saqu.
Adapun, per Desember 2023 BJJ justru membukukan rugi bersih Rp47,44 miliar. BJJ sebenarnya mencatatkan pendapatan bunga bersih Rp545,24 miliar pada 2023, melesat 87,34% secara tahunan (year on year/yoy).
Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank pun naik dari 3,74% pada Desember 2022 menjadi 5,29% pada Desember 2023.
Akan tetapi, kerugian bank didorong oleh sejumlah beban yang membengkak. Beban tenaga kerja BJJ naik dari Rp163,08 miliar pada 2022 menjadi Rp212,83 miliar pada 2023.
Beban promosi menebal dari hanya Rp2,78 miliar menjadi Rp64,35 miliar. Lalu, beban lainnya menanjak dari Rp68,07 miliar menjadi Rp302,81 miliar.
Efisiensi bank pun menurun. Tercatat, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) naik dari 84,27% pada 2022 ke level 114,83% pada 2023. Semakin naik rasio BOPO menunjukkan semakin tidak efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya.
Meski begitu, dari sisi intermediasi BJJ telah menyalurkan kredit Rp3,78 triliun pada 2023, tumbuh pesat 50% yoy. Aset bank pun naik 11,65% yoy menjadi Rp11,21 triliun pada 2023.
BJJ juga telah menjaga kualitas asetnya, dengan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross di level 1,36% dan NPL nett di level 0,25%.
Dari sisi pendanaan, BJJ telah meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp4,83 triliun pada 2023, turun 2,22% yoy. Dana murah alias current account saving account (CASA) naik 12,01% yoy menjadi Rp791,59 miliar pada 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel