Update Daftar 12 Konglomerat Penguasa Bank di Indonesia

Bisnis.com,31 Mar 2024, 11:25 WIB
Penulis: Arlina Laras
Sejumlah konglomerat di Indonesia tercatat menguasai entitas perbankan di Tanah Air, seperti Anthoni Salim, keluarga Hartono, hingga Hary Tanoe.

Bisnis.com, JAKARTA – Belasan konglomerat Indonesia tercatat menguasai entitas perbankan di Tanah Air, baik melewati kepemilikan langsung maupun tidak langsung. 

Bahkan, tercatat satu grup konglomerat kerap menguasai 2 hingga 5 entitas perbankan di Tanah Air. Contohnya, Chairul Tanjung melalui PT Mega Corpora.

Tak mau kalah, grup Sinarmas juga terctata memiliki dua entitas, yakni Bank Sinarmas dan PT Bank Nano Syariah (Nanobank Syariah), hasil spin off Unit Usaha Syariah (UUS) dari Bank Sinarmas yang resmi efektif beroperasi per 2 Januari 2024.

Tak hanya itu, Mu'min Ali Gunawan juga menjadi salah satu pengendali saham di Bank Panin dan Bank Panin Dubai Syariah yang masing-masing dikendalikan lewat PT Panin Investment dan PT Bank Panin Tbk 

Dalam konteks kepemilikan konglomerat, biasanya entitas perbankan memang menjadi salah satu portofolio bisnis yang wajib dimiliki lantaran memiliki pertumbuhan yang kuat dan bisa menjadi bisnis yang berfungsi melengkapi ekosistem mereka di industri lain, seperti sektor riil, perdagangan, properti, dan investasi. 

Lantas, siapa saja pemilik bank di Tanah Air? Berikut daftarnya. 

Daftar Konglomerat RI Pemilik Bank

1. Hartono Bersaudara  

Saat ini, PT Dwimuria Investama Andalan merupakan pemegang 54,94% saham BCA. Adapun PT Dwimuria Investama Andalan dimiliki oleh Budi Hartono dan Bambang Hartono, dua orang terkaya di Indonesia, sehingga keduanya merupakan pengendali terakhir BCA. 

Keluarga Hartono diketahui telah membeli saham BCA setelah keluarga Salim kehilangan kendali terhadap bank selama krisis ekonomi Asia 1997-1998. Kini BCA menjadi bank terbesar ketiga dari sisi aset dan bank swasta terbesar di Indonesia. 

PT Bank Central Asia Tbk. atau BBCA mengantongi laba sepanjang 2023, naik 19,4% menjadi Rp48,6 triliun secara tahunan (year-on-year/yoy). Aset perseroan tumbuh sebesar 7,1% yoy menjadi 1.408 triliun.  

Tak hanya itu, BCA juga memiliki bank digital melalui anak usaha, bernama Blu yang hadir usai BCA mengakuisisi PT Bank Royal Indonesia pada 2019 dan dikembangkan menjadi PT BCA Digital BCA pada 2020.  

Saat ini, BCA Digital alias blu mencatatkan aset naik 22,18% menjadi Rp13,51 triliun pada 2023 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp11,05 triliun. Lalu, Blu juga membukukan laba bersih Rp46,04 miliar sepanjang 2023, berbalik dari kondisi rugi sebesar Rp71,6 miliar pada 2022.    

2. Chairul Tanjung  

Chairul Tanjung merupakan orang kaya keenam di RI sekaligus sosok yang paling banyak menguasai bank di RI. 

Melalui PT Mega Corpora, dirinya secara langsung maupun tidak langsung menguasai lima bank di Tanah Air. 

Perinciannya, tiga bank berstatus anak usaha yakni PT Bank Mega Tbk. (MEGA), PT Bank Mega Syariah, serta PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI).  

Tak hanya itu, Chairul Tanjung melalui Mega Corpora juga terpantau menggenggam kepemilikan saham di beberapa bank daerah, seperti di Bank Sulteng yang memiliki 24,9% saham dan menggenggam sebanyak 24,82% di Bank Sulutgo.

Konglomerat Chairul Tanjung

3. Dato Sri Tahir

Dato Sri Tahir adalah pemilik Bank Mayapada. Dirinya berbagi kepemilikan struktur pengendali saham PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) dengan perusahaan asal Taiwan, yaitu Cathay Insurance.  

Sebagai catatan, Bank Mayapada mencatatkan laba bersih Rp66,02 miliar pada kuartal III/2023, tergerus 39,83% secara tahunan dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp109,74 miliar. 

4. Keluarga Riady (Grup Lippo)

PT Bank Nationalnobu Tbk. atau Bank Nobu (NOBU) dimiliki oleh taipan James Riady. Sosoknya melalui PT Putera Mulia Indonesia (PMI) menjadi resmi menjadi pemegang saham pengendali (PSP) terakhir atau ultimate shareholder Bank Nobu, menggantikan ayahnya Mochtar Riady.  

Saat ini, keluarga Riady memiliki kekayaan US$1,4 miliar atau setara dengan Rp22,04 triliun per 19 Maret 2024. Adapun, Bank Nobu membukukan laba bersih Rp141,54 miliar, naik 36,3% pada 2023, dari sebelumnya Rp103,85 miliar pada 2022.

5. Anthoni Salim  

Konglomerat Anthoni Salim, merupakan pemilik PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA). Berdasarkan data Forbes, kekayaan Anthoni tercatat sebesar US$10,3 miliar atau setara dengan Rp161,12 triliun per Desember 2023.  

Tercatat, Bank Ina membukukan laba bersih Rp170,49 miliar pada kuartal III/2023. Jika dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, angka tersebut melesat 79,77% dari periode sebelumnya pada yaitu Rp94,83 miliar pada kuartal III/2022. 

Konglomerat Anthoni Salim

6. Hary Tanoesoedibjo  

Melansir dari situs resmi perusahaan, PT Bank MNC Internasional Tbk (MNC Bank) lahir setelah MNC Group mengakuisisi PT. Bank ICB Bumiputera Tbk.  

Saat ini, bank milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo mencatatkan laba bersih Rp77,91 miliar pada 2023, meningkat 48,4% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih tahun sebelumnya Rp52,5 miliar.

7. Jerry Ng  

Bankir veteran Jerry Ng, mendapatkan kekayaannya dari saham di PT Bank Jago Tbk. (ARTO). Lantaran, dia mengakuisisi saham yang kemudian disebut Bank Artos pada Desember 2019.  

Bank Jago kemudian bertransformasi menjadi bank digital dan ingin bekerja sama dengan perusahaan fintech kecil dan menengah. 

Tercatat, Bank Jago telah meraup laba bersih Rp72,36 miliar pada 2023, naik 354,74% yoy dari periode sebelumnya Rp15,91 miliar pada 2022.

8. Mu'min Ali Gunawan  

Kemudian, PT Bank Panin Tbk. (PNBN) milik konglomerat Mu'min Ali Gunawan.  Saat ini diketahui berbagi kepemilikan dengan pemegang saham ANZ Group yang berasal dari Australia. 

Dalam struktur pemegang saham, Mu'min Ali menjadi salah satu pengendali saham di Bank Panin lewat PT Panin Investment.  

Sebagai informasi, Bank Panin telah membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp2,53 triliun. Dari sisi intermediasi, PNBN mencatatkan penyaluran kredit Rp148,49 triliun sepanjang 2023, tumbuh 8,4% yoy. Aset pun naik 4,5% yoy menjadi Rp222,01 triliun.  

Tak hanya PNBN, Panin juga memiliki entitas syariah yakni PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS). Di mana, pengendalinya adalah PT Bank Panin Tbk yang menguasai 67,3% saham perseroan dan Dubai Islamic Bank PJSC dengan porsi kepemilikan 25,1% saham.

PNBS membukukan laba bersih mencapai Rp244,69 miliar sepanjang 2023, dibanding tahun sebelumnya yoy yang mencapai Rp250,53 miliar.

9. Eddy Kusnadi Sariaatmadja  

Eddy Kusnadi Sariatmadja merupakan salah satu pendiri Emtek pada tahun 1983 sebagai distributor eksklusif komputer Compaq di Indonesia, dan dia memiliki mayoritas saham perusahaan tersebut, yaitu 21,94% atau setara dengan 13,44 miliar saham.  

Sebagai informasi, PT Super Bank Indonesia (Superbank) merupakan bank dengan layanan berbasis digital. Superbank merupakan brand baru menggantikan PT Bank Fama International, sebuah Bank Umum yang didirikan di Bandung, 5 Maret 1993.  

Di tahun 2021, kepemilikan Bank Fama beralih kepada Grup Emtek yang diwakili oleh PT Elang Media Visitama dan PT Nusantara Berkat Agung.  Dilanjutkan dengan bergabungnya Grab melalui A5-DB Holdings Pte Ltd dan Singtel melalui Singtel Alpha Investment Pte Ltd sebagai pemilik saham untuk mendukung transformasi Bank Fama menjadi bank dengan layanan berbasis digital.  

Sebagai bank digital milik EMTK Superbank membukukan rugi 148,15% secara tahunan yoy menjadi Rp385,1 miliar pada 2023, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp155,18 miliar.

10. Eka Tjipta Widjaja

Bank Sinar Mas didirikan oleh mendiang Eka Tjipta Widjaja dan didirikan pada 18 Agustus 1989. Awalnya bernama PT Bank Shinta Indonesia, tetapi kemudian berubah menjadi PT Bank Sinarmas Tbk. (BSIM)

Dalam struktur pemegang saham, pengendali BSIM sendiri adalah PT Sinar Mas Multiartha Tbk yang menguasai 29,995% saham perseroa.

Bank Sinarmas pun membukukan laba bersih Rp140,31 miliar sepanjang enam bulan pertama 2023. Jika dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, angka tersebut turun 5% yoy dari posisi sebelumnya Rp148,23 miliar. 

Selain itu, Grup Sinarmas kini juga telah memiliki PT Bank Nano Syariah (Nanobank Syariah). di mana perseroan ini telah merampungkan proses spin off Unit Usaha Syariah (UUS) dari Bank Sinarmas yang resmi efektif beroperasi per 2 Januari 2024.

Sejauh ini, permodalan Nanobank Syariah masih didukung sepenuhnya oleh Bank Sinarmas (BSIM) selaku pemegang saham pengendali (PSP) dengan porsi kepemilikan 51%. Sementara, kepemilikan saham lainnya digenggam oleh PT Sinarmas Multiartha sebesar 25% dan PT Asuransi Sinarmas sebanyak 24%

Berdasarkan laporan keuangan, saat ini Bank Nano Syariah memiliki laba Rp20,28 miliar per Januari 2024.

11. Keluarga Sampoerna

Bank Sahabat Sampoerna merupakan entitas bisnis keuangan keluarga Sampoerna melalui PT Sampoerna Investama. 

Tercatat, bank ini mencetak laba Rp62,01 miliar, tumbuh 131,25% pada 2023, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp26,81 miliar pada 2023. 

Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan berdasarkan rencana bisnis bank (RBB), tahun ini Bank Sampoerna tetap menargetkan pertumbuhan bisnis pesat. 

"Tahun ini tumbuh dobel digit, 10%-15% untuk pertumbuhan kredit," katanya, Jumat (15/3/2024). Nantinya, dalam mendongkrak target kredit tersebut, Bank Sampoerna fokus menggarap pasar UMKM.

12. Grup Astra 

PT Bank Jasa Jakarta (Bank Saqu) besutan PT Astra International Tbk. (ASII) membukukan rugi bersih Rp47,44 miliar pada 2023. Padahal, setahun sebelumnya BJJ membukukan laba bersih Rp60,96 miliar. 

Sebagaimana diketahui, Astra masuk mengambil alih BJJ melalui PT Sedaya Multi Investama (SMI) atau Astra Financial. Pada 2022, Astra bersama WeLab Sky Limited mengakuisisi BJJ senilai US$500 juta. Setahun setelahnya, BJJ kemudian dikembangkan menjadi bank digital baru. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini