Beras Sulsel Ditengarai Banyak Diserap Daerah Lain, Ini Saran Bank Indonesia

Bisnis.com,02 Apr 2024, 10:01 WIB
Penulis: Nugroho Nafika Kassa
Calon pembeli mengecek kualitas beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (3/10/2022)./JIBI

Bisnis.com, MAKASSAR — Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mengungkapkan tantangan utama pengendalian inflasi di wilayah ini pada awal 2024 ada pada sektor pangan, terutama kenaikan harga beras. Penyerapan yang tidak maksimal oleh masyarakat ditengarai membuat harga komoditas ini tidak pernah stabil.

Deputi Kepala KPwBI Sulsel Mohamad Abdul Majid Ikram mengungkapkan, stok beras di wilayah ini sebenarnya dalam keadaan surplus. Pada Maret 2024 produksinya telah kembali normal meskipun pada dua bulan sebelumnya sempat mengalami penurunan. Namun karena harga jual di daerah lain yang dinilai lebih tinggi, membuat komoditas ini cenderung terserap ke daerah lain, bukan ke masyarakat Sulsel. Hal ini lah yang diduga menjadi penyebab utama komoditas beras menjadi pemberi andil terbesar inflasi Sulsel pada kuartal I/2024.

"Inflasi pangan ini semacam anomali. Januari-Februari produksi padi memang menurun, tapi Maret sudah mulai kembali ke normal. Harusnya walaupun ini masuk Ramadan, tapi karena ada panen dan beras impor, harga bisa lebih turun signifikan. Tapi karena harga ke luar lebih menarik, sehingga hasil panen kita lebih terserap keluar," paparnya kepada Bisnis, Senin (1/4/2024).

Maka dari itu, pihaknya akan menjaga lebih ketat distribusi komoditas ini supaya surplus beras bisa memenuhi kebutuhan. Pengendalian pun akan dilakukan lebih struktural dengan memperhatikan mulai dari struktur pasarnya. "Karena Sulsel ini surplus (beras). Ini perlu perhatian, apakah beras justru diserap oleh daerah lain. Ini yang akan kita jaga," tegasnya.

Ikram menambahkan, selain beras, pihaknya juga akan fokus pada pengendalian komoditas lain seperti cabai pada kuartal II/2024 ini. Pasalnya komoditas ini juga punya kecenderungan memberi andil inflasi yang cukup besar selepas musim hujan berakhir.

Oleh karena itu, pihak Bank Indonesia akan segera memacu program klaster ketahanan pangan pada kuartal kedua ini. Selain itu Pemerintah Provinsi Sulsel juga akan didorong bisa memberikan solusi agar tetap bisa memiliki produksi saat musim panen berakhir.

"Sebenarnya transisi kuartal I ke kuartal II cenderung lebih tenang. Yang kita proyeksikan saat masuk kuartal IV/2024 itu akan cukup melonjak. Apalagi ada pemerintahan baru yang akan lebih sedikit ekspansif. Termasuk adanya Pilkada yang akan mendorong demand, demand ini pasti kan mendorong harga," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini