Bisnis.com, JAKARTA -- Jenis simpanan berjangka atau deposito di perbankan diperkirakan mengalami tren lesu pada momen ramadan dan lebaran tahun ini. Penyebabnya, konsumsi masyarakat sudah mulai menanjak.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan tren simpanan deposito menjelang hari raya memang trennya menurun. "Ini karena umumnya masyarakat akan berbelanja untuk kebutuhan hari raya," katanya kepada Bisnis pada Senin (1/4/2024).
Secara umum, tren dana pihak ketiga (DPK) perbankan juga sedang lesu. Apabila menilik laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), pelambatan DPK perbankan terjadi pada Februari 2024.
Tercatat, raupan DPK bank pada Februari 2024 mencapai Rp8.193 triliun, tumbuh 5,4% secara tahunan (year on year/yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 5,8% yoy.
Khusus deposito, nilai simpanannya pada Februari 2024 mencapai Rp3.069 triliun, tumbuh 5,5% yoy, juga melambat dibandingkan Januari 2024 yang tumbuh 6,1% yoy.
Untuk itu, menurut Trioksa, perbankan mesti ancang-ancang meraup simpanan, termasuk dari deposito yang lebih besar. "Hal ini bertujuan untuk menjaga likuiditas bank dengan cara meningkatkan pencapaian DPK bank termasuk pencapaian deposito," tuturnya.
Meski begitu, Corporate Secretary PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) Ramon Armando mengatakan tren simpanan deposito ritel di BTN masih menunjukkan perkembangan positif baik secara number of account maupun volume of account.
Dia menjelaskan jumlah DPK ritel BTN yang berasal dari deposito mengalami peningkatan 3,3% pada Februari 2024.
"BTN optimistis tren deposito masih akan terus meningkat sejalan dengan strategi bank dalam menghadirkan kemudahan pembukaan rekening deposito melalui BTN Mobile," jelasnya kepada Bisnis pada Senin (1/4/2024).
Secara umum, dalam meraup DPK, BTN juga menjalankan berbagai strategi, misalnya memfokuskan pada pengembangan segmen BTN Prospera atau nasabah dengan assets under management (AUM) di level Rp100 juta sampai dengan Rp500 juta.
BTN juga mengoptimalkan pertumbuhan nasabah individu, meningkatkan akuisisi dan transaksi khususnya melalui kanal digital.
Kemudian, BTN menjalankan strategi segmentasi pada kelolaan nasabah lembaga yaitu medium dan large institution. Hal ini dilakukan agar BTN fokus mengoptimalkan pertumbuhan nasabah lembaga sesuai dengan segmen dan kebutuhan.
Selain itu, BTN memaksimalkan produk holding, BTN solusi, sehingga nasabah terpenuhi kebutuhannya melalui one gate service.
Direktur Keuangan & Strategi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Sigit Prastowo mengatakan Bank Mandiri pun optimistis kinerja DPK pada keseluruhan tahun ini akan moncer. "Strategi Bank Mandiri untuk meningkatkan DPK adalah dengan fokus menjadikan Bank Mandiri partner finansial utama nasabah," tutur Sigit.
Bank Mandiri memberikan solusi perbankan yang komprehensif, baik dari sisi relationship managers, produk, maupun jaringan distribusi untuk meningkatkan porsi transaksi nasabah di Bank Mandiri.
"Terlebih lagi kami terus mengembangkan solusi digital melalui Livin dan Kopra dengan memperhatikan customer experience yang baik," kata Sigit.
Strategi lainnya yakni akuisisi dan penetrasi dengan pendekatan secara ekosistem agar dana mengendap terus meningkat secara close-loop.
Selain bank-bank kelas atas, terdapat sejumlah bank, terutama bank digital yang menjalankan strategi penawaran bunga deposito tinggi guna meraup simpanan nasabah.
PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) atau Bank Amar misalnya menawarkan bunga deposito dari 5,75%—9% per tahun. PT Krom Bank Indonesia Tbk. (BBSI) menawarkan produk simpanan dengan suku bunga tinggi, 8,75%.
Lalu, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BYBB) menawarkan produk deposito bernama Neo WOW. Berdasarkan laman resminya, per 15 Oktober 2023, Bank Neo Commerce menawarkan bunga di produk simpanan ini hingga 8%.
Meski menjadi peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), tingginya bunga deposito yang ditawarkan bank digital itu melampaui tingkat bunga penjaminan (TBP) yang ditetapkan LPS. Mengacu laman resminya, LPS hanya menjamin tingkat bunga sebesar 4,25% untuk bank umum dan 6,75% untuk bank perekonomian rakyat (BPR).
Sementara, TBP untuk valuta asing (valas) sebesar 2,25%. Tingkat bunga penjaminan ini berlaku sejak 1 Februari 2024–31 Mei 2024.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan pada tahun ini, tren bunga tinggi bank digital masih akan terjadi, bahkan kondisi ini berlangsung hingga tiga tahun ke depan.
“Apalagi, tren perebutan dana di pasar makin ketat karena bank juga harus bersaing dengan surat utang pemerintah yang bunganya tinggi,” ujarnya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel