Rupiah Makin Dekat ke Rp16.000 per Dolar AS Akibat Sentimen The Fed

Bisnis.com,02 Apr 2024, 16:08 WIB
Penulis: Artha Adventy
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.887 per dolar AS pada Selasa (2/4/2024). Pasar saat ini menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada Juni mendatang.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah ditutup melemah 0,02% atau 2 poin ke posisi Rp15.897 per dolar AS. Adapun indeks dolar terpantau naik tipis ke level 104,760. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang naik 0,03%, dolar Singapura menguat 0,02%, rupee India naik 0,05%. 

Sementara itu, dolar Hong Kong turun 0,02%, won Korea turun 0,21%, peso Filipina turun 0,18%, yuan China melemah 0,07%, ringgit Malaysia turun 0,47% dan baht Thailand melemah 0,17%. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan Indeks manajer pembelian manufaktur ISM secara tak terduga naik ke angka 50,3 dari 47,8. Pembacaan indeks melampaui 50, yang mengindikasikan ekspansi di bidang manufaktur, untuk pertama kalinya sejak September 2022, karena produksi meningkat tajam dan pesanan baru meningkat, menyoroti kekuatan perekonomian dan menimbulkan keraguan mengenai waktu penurunan suku bunga The Fed. 

“Data manufaktur yang kuat membuat imbal hasil Treasury AS lebih tinggi, dengan imbal hasil obligasi bertenor dua tahun dan 10 tahun naik ke level tertinggi dalam dua minggu, sehingga meningkatkan dolar,” kata dia dalam riset harian. 

Pasar kini memperkirakan peluang sebesar 61% bagi The Fed untuk memangkas suku bunga pada bulan Juni, dibandingkan dengan 70% pada minggu sebelumnya, menurut CME FedWatch Tool. Mereka juga memperkirakan pemotongan sebesar 68 basis poin tahun ini. 

Di sisi lain, dari dalam negeri pasar terus memantau tentang posisi utang pemerintah, yang tercatat berada di angka Rp8.319,2 triliun hingga 29 Februari 2024. Jumlah ini naik dari posisi akhir Januari, yang senilai Rp8.253,09 triliun atau bertambah Rp66,13 triliun dalam kurun waktu satu bulan. Utang pemerintah ini setara dengan 39,06% produk domestik bruto (PDB) dan melanjutkan tren tertinggi sepanjang masa.  

Padahal dalam buku APBN Kita edisi Maret 2024 mencatat rasio utang pada Februari masih di bawah batas aman rasio utang sesuai dengan Undang-Undang (UU) NO. 17/2023 yang sebesar 60%.  Pengelolaan portofolio utang berperan besar dalam menjaga kesinambungan fiskal secara keseluruhan.  

Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah pada perdagangan besok, Rabu (3/4/2024) akan fluktuatif namun ditutup melemah  direntang Rp15.880 - Rp15.940 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini