BI Malang Mewaspadai Peningkatan Inflasi pada Libur Idulfitri

Bisnis.com,03 Apr 2024, 14:20 WIB
Penulis: Choirul Anam
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang, Febrina, bersama Deputi Kepala Perwakilan BI Malang, Achmad P. Subarkah (kiri) dan Deputi Kepala Perwakilan BI Malang, Dedy Prasetyo, pada Bincang Santai Bersama Media di Malang, Senin (1/4/2024)./Bisnis-Choirul Anam.

Bisnis.com, MALANG — Inflasi menjelang dan masa Idulfitri diperkirakan meningkat karena adanya kenaikan mobilitas dan permintaan konsumen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang, Febrina, mengatakan potensi risiko inflasi diprakirakan bersumber dari komoditas pangan dengan adanya potensi musim hujan curah tinggi hingga awal Maret 2024.

"Meskipun demikian, inflasi tertahan oleh perkiraan musim panen pada akhir Maret–April yang dapat menahan kenaikan harga beras seiring meningkatnya stok beras,” ujarnya, Rabu (3/4/2024).

Faktor risiko inflasi, yakni kenaikan bertahap cukai rokok sebesar 10%, kenaikan permintaan masyarakat khususnya terhadap komoditas pangan dan moda transportasi umum pada masa Idulfitri.

Juga, kenaikan harga mendorong inflasi emas perhiasan, perkiraan BMKG terkait curah hujan tinggi hingga Maret 2024 berpotensi menurunkan produktivitas hortikultura.

Selain itu, kata Ina, panggilan akrab Febrina, kenaikan harga mendorong inflasi emas perhiasan Kenaikan harga gula pasir pada festive season Idulfitri, kenaikan tarif tol oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) menjelang momen Ramadan dan Idulfitri di Wilker BI Malang, yakni Tol Pasuruan-Probolinggo, Tol Gempol-Pandaan, serta masih tingginya harga harga jagung dan konsentrat sebagai pakan unggas.

Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai tekanan inflasi Kota Malang pada Maret lebih disebabkan oleh kenaikan permintaan komoditas pangan karena memasuki Ramadan. “Selain itu dari sisi administered price, datang dari kebijakan pemerintah daerah menaikan tarif RS, khususnya terkait pajak dan retribusi,” katanya.

Sementara itu, kata dia, tekanan imported inflation muncul dari ketidakpastian global yang masih tinggi sehingga berdampak pada kenaikan harga emas.

Selanjutnya, laju inflasi ini akan relatif bertahan sampai bulan April karena didorong dari kelompok transportasi, seiring dengan arus mudik dan liburan Lebaran.

Permintaan komoditas pangan masih akan tetap tinggi menjelang hari raya, namun hal ini diimbangi dengan kenaikan pasokan seiring dengan musim panen untuk beberapa komoditas pangan.

Oleh karena itu, menurut dia, antisipasi kebutuhan selama lebaran seperti pasokan BBM dan gas serta bahan pangan harus terus dipastikan aman. Tekanan inflasi pada April juga berpotensi ada dari meningkatnya jumlah uang beredar (JUB) karena faktor budaya pemberian angpao.

“Disamping itu, kucuran THR juga akan meningkatkan JUB dan konsumsi masyarakat,” kata Joko yang juga Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi FEB UB itu. (K24)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini