Harga Minyak Mentah Menghijau Menjelang Pertemuan OPEC+

Bisnis.com,03 Apr 2024, 17:43 WIB
Penulis: Jessica Gabriela Soehandoko
Seorang pekerja berdiri di samping tangki penyimpanan minyak di Pilipinas Shell Petroleum Corp. Shell Import Facility Tabangao (SHIFT) di Batangas City, Filipina. Minyak mentah melemah pada Rabu (16/8/2023) menyusul kekhawatiran terhadap ekonomi China yang berpotensi mengikis permintaan./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak menguat setelah laporan industri menunjukan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang menyusut. Pertemuan OPEC+ juga akan dihelat, yang diperkirakan akan menegaskan pengurangan pasokan pada saat ini. 

Berdasarkan data Bloomberg, Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2024 terpantau menguat 0,31% atau 0,26 poin ke level US$85,41 per barel pada pukul 17.16 WIB. Sementara itu, harga minyak patokan Brent kontrak Juni 2024 juga menguat 0,38% atau 0,34 poin ke level US$89,26 per barel.

American Petroleum Institute melaporkan bahwa stok nasional Negeri Paman Sam telah menurun lebih dari 2 juta barel pada minggu lalu. Proyeksi ini menunjukan penurunan  persediaan bensin dan distilas.

Kemudian, OPEC dan sekutunya akan meninjau pasar minyak mentah dan kebijakan pasokan pada pertemuan online pada Rabu (3/4). Para pejabat dari negara-negara anggota juga memperkirakan bahwa mereka akan mempertahankan strategi keseluruhan dan tidak akan berubah. 

Harga minyak mentah sendiri telah melonjak lebih tinggi pada 2024. Hal ini dikarenakan adanya serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia dan ketegangan di Timur Tengah yang mendukung harga. 

Pembatasan yang dilakukan OPEC juga memperketat pasar, meskipun beberapa anggota terhenti dalam menerapkan pemangkasan produksi yang telah disepakati secara penuh, dan seiring dengan melonjaknya ekspor Rusia. 

“Dengan OPEC+ yang telah memperpanjang pengurangan produksi sukarela hingga pertengahan tahun, pertemuan virtual OPEC+ hari ini kemungkinan akan menegaskan kembali kebijakan kelompok tersebut saat ini,” jelas analis di Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar. 

Dhar kemudian juga mengatakan bahwa harga minyak berjangka Brent akan mendekati US$75 hingga US$80 per barel dalam beberapa bulan mendatang, menimbang pandangannya bahwa pertumbuhan permintaan minyak China akan mengecewakan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini