Pembiayaan Ekspor: LPEI Siap Lebih Sehat Buat Tangkap Peluang 2024

Bisnis.com,04 Apr 2024, 09:00 WIB
Penulis: Media Digital
Foto: Pembiayaan Ekspor: LPEI Siap Lebih Sehat Buat Tangkap Peluang 2024

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) terus melanjutkan upaya penyehatan kinerja keuangan, demi memperkuat peran untuk ikut memajukan kinerja ekspor nasional.

Direktur Eksekutif sekaligus Ketua Dewan Direktur LPEI, Riyani Tirtoso, menekankan upaya transformasi yang telah dilakukan sejak 2020 masih akan berlanjut, demi mengoptimalkan bekal LPEI membantu para pelaku ekspor dalam menghadapi ketatnya tantangan aktivitas ekspor ke depan.

Sebagai informasi, upaya transformasi bertajuk Nawasena itu berlangsung sejak 2020—2023 untuk fase fixing fundamental, kemudian berlanjut ke fase rebalancing mulai 2024—2025, hingga pada akhirnya menuju fase Enabling Export & Empowering Nation secara efektif pada 2026—2029.

"Oleh karena itu, tahun lalu kami fokus memperbesar pencadangan [CKPN]. Harapannya, akhir Desember 2024 ini laba setelah pajak bisa positif, kemudian non-performing loan [NPL] net juga turun lagi ke bawah 2%," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (2/4).

Riyani menjelaskan bahwa dalam fase fixing fundamental, perbaikan model bisnis merupakan salah satu yang jadi sorotan. Utamanya, untuk tetap memberikan efek berganda atas setiap pembiayaan yang disalurkan, bukan sekadar berbisnis seperti lembaga keuangan pada umumnya.

Melalui strategi tersebut, kendati LPEI mengalami rugi tahun berjalan mencapai Rp18,1 triliun pada tutup buku 2023, pendapatan bunga bersih masih bisa tumbuh 19% secara tahunan menjadi Rp923 miliar. NPL net pun turun dari 10,4% menjadi hanya 4,5%.

"LPEI tidak bisa lagi seakan-akan seperti rebutan nasabah dengan perbankan seperti sebelumnya. Perbankan adalah bagian dari ekosistem, dan kami hadir bukan untuk bersaing dengan mereka. Maka, tiga tahun belakangan kami fokus memperbaiki model bisnis untuk lebih merangkul ekosistem ekspor," tambahnya.

Oleh sebab itu, sejak tahun lalu LPEI mulai lebih fokus memperbesar porsi pembiayaan untuk UKM ekspor (UKME) dan usaha menengah berorientasi ekspor (UMBE) dalam portofolionya.

Sementara itu, penguatan lini bisnis asuransi, penjaminan, dan jasa konsultasi pun berjalan beriringan, demi mendongkrak kinerja pendapatan jasa (fee income) yang pada 2023 pun masih bisa tumbuh 41% secara tahunan ke level Rp273 miliar.

Pada akhirnya, LPEI pun lebih berperan membantu mengisi kekosongan market gap layanan keuangan untuk tujuan ekspor ke negara berisiko tinggi, atau untuk memberikan kenyamanan bagi pelaku ekspor yang tengah mencoba pasar baru, misalnya ke beberapa negara Afrika atau ke negara-negara berkembang di Asia Timur.

Sebagai contoh, LPEI membantu ekspor gerbong kereta ke Bangladesh, ekspor Ferry Flight CN235-220 untuk Senegal Air Force, penjaminan ekspor kapal angkut militer Uni Emirat Arab, hingga ekspor teknologi sinyal kereta api ke Filipina.

"Beberapa nasabah justru masuk LPEI bukan langsung ke pembiayaan. Misalnya, tadinya ikut trade credit insurance terlebih dahulu, atau produk untuk memproteksi gagal bayar buyer atas produk ekspornya. Nah, setelah mereka tahu bahwa kami itu punya ekosistemnya, mulai dari pembiayaan sampai ikut mencarikan potensi pasar, pelaku ekspor itu akhirnya masuk jadi nasabah pembiayaan," ujarnya.

Adapun, untuk lini bisnis jasa konsultasi, LPEI sepanjang 2023 telah membantu munculnya 613 eksportir baru dengan transaksi ekspor mencapai US$2,9 juta. LPEI juga melanjutkan coaching program for new eksporter (CPNE) untuk 4.597 pelaku usaha dan menggelar 52 agenda business matching.

Selain itu, LPEI juga menggarap hingga 917 desa berorientasi ekspor yang terlibat dalam program Desa Devisa, dengan kisah sukses antara lain Desa Devisa Gula Semut Purbalingga, Desa Devisa Benih Bandeng Buleleng, Desa Devisa Batik Madura, dan Desa Devisa Udang Bengkalis.

Ke depan, lembaga berstatus special mission vehicle (SMV) pemerintah ini akan mengembangkan Indonesia Export Platform untuk mendukung UKME dan para pelaku ekspor peserta jasa konsultasi LPEI naik kelas.

"Banyak negara maju mempunyai cross border platform yang didukung pemerintah untuk pengembangan ekspor dan market intelligent. Indonesia juga harus punya. Bagi LPEI sendiri, Indonesia Export Platform harapannya semakin mengoptimalkan bisnis jasa konsultasi kami," tutup Riyani.

Sementara itu, Coaching Program for New Exporter (CPNE) yang menjadi salah satu aksi taktis LPEI dalam mengembangkan ekosistem ekspor nasional cukup efektif.

CPNE adalah program pelatihan dan pendampingan UMKM berorientasi ekspor agar mampu menghasilkan produk dengan kualitas tinggi sehingga dapat bersaing di pasar global.

Dalam program ini, para peserta mendapatkan modul khusus guna membekali pengetahuan dan keterampilan untuk dapat menjadi eksportir baru.

Salah satu buah manis dari CPNE adalah keberhasilan brand "Adisher Leather" untuk meluncur ke pasar global sejak beberapa tahun lalu, tepatnya setelah mengakses fasilitas business matching dan pameran seperti Trade Expo Indonesia (TEI) 2018.

Kesuksesan itu berawal pada 2018, ketika Adinda Sheila, pemilik usaha kerajinan tas kulit Adisher Leather, mengikuti CPNE untuk menambah pengetahuan dan wawasannya dalam bidang ekspor.

Hasilnya, program CPNE dari LPEI membuka peluang bisnis yang besar bagi Adisher Leather. Dengan didukung oleh 10 pekerja di workshop yang berlokasi di Depok, berbagai produk Adisher Leather telah menembus 10 negara.

Negara tujuan ekspor itu antara lain Amerika Serikat (AS), Australia, Selandia Baru, Singapura, Jepang, Brasil, serta berbagai negara di Eropa.

Kisah sukses Adinda Sheila dan Adisher Leather merupakan bukti nyata bahwa dengan kegigihan, kualitas, dan strategi yang tepat, produk lokal Indonesia mampu bersaing di pasar internasional.

"Semoga Adisher Leather dapat untuk terus berkarya dan membawa produk Indonesia berani mendunia," kata Adinda.

Di sisi lain, dalam rangka mempererat relasi dengan pihak yang terkait dalam ekosistem ekspor nasional, LPEI juga senantiasa melakukan komunikasi produktif dengan perbankan.

Di antaranya adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., dan PT Bank Central Asia Tbk. Dalam komunikasi tersebut, LPEI juga membahas sinergi memperkuat dukungan kepada eksportir Indonesia baik UKM maupun korporasi.

Sebagai mitra strategis bagi LPEI, pertemuan dengan jajaran pimpinan bank nasional dan internasional tersebut menjadi langkah yang positif untuk memperkuat kolaborasi bisnis yang lebih produktif, mendukung pertumbuhan ekspor masa depan, dan menjadi salah satu penggerak roda perekonomian di Indonesia.

Pasalnya, LPEI berkomitmen menyalurkan pembiayaan kepada sektor yang memiliki daya ungkit dan developmental impact terhadap ekspor, pendapatan dan penambahan lapangan kerja, serta konsisten melaksanakan mandat yang diberikan pemerintah untuk meningkatkan daya saing produk dan mendorong ekspor nasional.

Riyani menegaskan, LPEI sebagai lembaga keuangan khusus negara berkomitmen menjunjung tinggi tata kelola perusahaan yang baik, berintegritas, serta menerapkan zero tolerance terhadap korupsi dan tindakan melawan hukum.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso, menyatakan dukungannya secara penuh dan berkomitmen untuk tetap mendukung dan menjalin hubungan bisnis strategis dengan LPEI.

“Kami mendukung LPEI untuk mengambil langkah penyehatan portofolio bisnis, serta melakukan transformasi yang berfokus pada pengembalian fungsi LPEI sebagai government agency dengan penerapan GCG [Good Corporate Governance]”, kata Sunarso.

Senada, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Nixon LP Napitupulu, menyatakan sinergi antara BTN dan LPEI akan terus dikembangkan untuk mendorong dan memperluas ekosistem ekspor, serta meningkatkan perekonomian Indonesia melalui kegiatan ekspor.

“BTN confident, BTN dan LPEI akan terus melanjutkan kerjasama yang telah terjalin cukup lama,” kata Nixon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Media Digital
Terkini