Pengamat dan Bankir Pede Kredit Sindikasi Melesat pada Kuartal II/2024

Bisnis.com,04 Apr 2024, 19:28 WIB
Penulis: Arlina Laras
Ilustrasi penyaluran kredit perbankan./ Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA -- Pengamat serta bankir kompak memproyesikan pertumbuhan kredit termasuk kredit sindikasi akan moncer sejalan dengan kondisi perekonomian nasional pada kuartal II/2024

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya yang optimistis dalam penyaluran kredit dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, sehingga kualitas pinjaman tetap terjaga, ditopang oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang positif dan likuiditas yang solid

“Pada prinsipnya, BCA berkomitmen untuk mendukung pengembangan infrastruktur di Indonesia dengan menyalurkan kredit sindikasi untuk proyek-proyek strategis nasional seperti infrastruktur jalan tol, konstruksi, dan kelistrikan,” ucap EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn pada Bisnis, Kamis (4/4/2024)

Hingga Desember 2023, tren penyaluran kredit sindikasi BCA masih tercatat tumbuh positif. BCA telah mengelola kredit sindikasi sebesar Rp227,84 triliun, dan porsi partisipasi BCA dalam kredit sindikasi tersebut tercatat sebesar Rp48,87 triliun. 

Lebih lanjut, Hera menuturkan BCA turut berpartisipasi dalam kredit sindikasi dengan senantiasa mempertimbangkan faktor risk appetite, posisi likuiditas dan modal, serta memilih proyek-proyek yang berpotensi memperkuat bisnis inti BCA. 

Di sisi lain, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menyoroti bahwa prospek kredit sindikasi akan jauh lebih baik pada kuartal II/2024. 

Adapun, sektor yang prospektif menyangkut infrastruktur yang berkaitan dengan konstruksi serta properti hingga pertambangan.

“Karena bank-bank daerah itu sebenarnya banyak potensi di daerah yang punya [pertambangan], tapi biasanya mereka tidak berani menyalurkan kredit secara tunggal, jadi mereka akan mengajak bank lain berkolaborasi,” katanya pada Bisnis. 

Bahkan, dirinya pun menyebut dengan tuntasnya relaksasi kredit Covid-19, secara umum bank akan mengalami kenaikan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan), sehingga untuk bisa menekan NPL, maka perlu meningkatkan asset ataupun portofolio kredit yang berkualitas. 

“Sindikasi ataupun korporasi ini kan sekali disbursement cukup besar, dan ini akan berpengaruh signifikan dalam menurunkan NPL,” ucapnya

Terakhir, Amin mengatakan ekspektasi pada sejumlah bank yang memiliki kredit sindikasi dan korporasi hingga akhir 2024 diharapkan tumbuh lebih baik dari 2024. 

“Meski naiknya landai ya, tidak signifikan,” tutupnya. 

Sebagai informasi, berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI) menyampaikan pertumbuhan penyaluran kredit korporasi lebih tinggi dibandingkan dengan kredit kepada debitur perorangan. 

Dalam Analisis Perkembangan Uang Beredar (M2) Februari 2024, BI melaporkan kredit yang disalurkan perbankan pada bulan kedua tahun ini senilai Rp7.047,1 triliun atau naik 11,0% secara tahunan (yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit melambat dibandingkan dengan Januari 2024 yang tumbuh sebesar 11,5%. 

"Perkembangan tersebut sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit pada debitur korporasi [13,3% yoy] dan debitur perorangan [8,6% yoy]," tulis BI, dikutip Jumat (22/3/2024). 

Secara nilai, kredit korporasi mencapai Rp3.647,3 triliun, naik dari Januari 2024 yang senilai Rp3.603,1 triliun. Pertumbuhan kredit korporasi pada Februari 2024 tidak berubah dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini