Sentimen Geopolitik Bisa Topang Harga Emas Global

Bisnis.com,11 Apr 2024, 16:32 WIB
Penulis: Artha Adventy
Sentimen Geopolitik Bisa Topang Harga Emas Global. Tumpukan emas batangan 1 kilogram di YLG Bullion International Co. Bangkok, Thailand pada Jumat (22/12/2023). - Bloomberg/Chalinee Thirasupa

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas dunia melemah tipis pada perdagangan hari ini, Kamis (11/4/2024) setelah sebelumnya sempat tergelincir akibat rilis data inflasi AS. 

Ketegangan geopolitik disebut mampu menahan pelemahan harga emas saat ini, ketika data inflasi AS jauh dari perkiraan konsensus. 

Mengutip Bloomberg, kedua jenis emas dunia sama sama melemah pada perdagangan pukul 16.00 WIB setelah pagi tadi tergelincir lebih dari 0,5%. 

Emas berjangka Comex berada di level US$2.348 per troy ounce atau turun 0,01% sementara emas spot berada di level US$2.327 per troy ounce atau melemah 0,26%. 

Reuters melaporkan harga emas naik sedikit pada hari Kamis, memulihkan kerugian dari sesi sebelumnya, karena ketegangan geopolitik meningkatkan permintaan akan logam sebagai instrumen safe haven. 

Ahli strategi pasar IG Yeap Jun Rong mengatakan kenaikan harga konsumen yang lebih tinggi dari yang diharapkan untuk bulan ketiga berturut-turut tahun ini terus menguji toleransi The Fed terhadap laju inflasi AS.

Data semalam menunjukkan inflasi AS pada bulan Maret sekali lagi lebih tinggi dari perkiraan, menghancurkan peluang pemotongan suku bunga pada bulan Juni. CPI inti naik 0,4%, di atas perkiraan kenaikan sebesar 0,3%.

"Pasar sekarang menyesuaikan diri dengan skenario suku bunga tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, yang diterjemahkan ke beberapa pengambilan keuntungan jangka pendek pada harga emas semalam," kata Jun Rong.

Rong menambahkan bahwa pelemahan tampak terbatas dalam sesi ini karena pelaku pasar masih melihat emas sebagai lindung nilai yang baik terhadap ketegangan geopolitik.

Pembelian bank sentral yang kuat, arus masuk sebagai tempat perlindungan aman di tengah risiko geopolitik yang berlanjut, dan permintaan dari dana yang mengikuti momentum telah menguatkan kenaikan emas sebesar 14% sejauh ini tahun ini.

Bersamaan dengan data inflasi panas baru-baru ini, laporan pekerjaan AS yang kuat minggu lalu yang melebihi perkiraan juga menimbulkan lebih banyak pertanyaan tentang kelayakan pemotongan suku bunga tahun ini.

Suku bunga yang lebih tinggi mengurangi daya tarik memiliki emas yang tidak menghasilkan bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yustinus Andri DP
Terkini