OPINI : Peluang Asuransi Parametrik

Bisnis.com,17 Apr 2024, 09:20 WIB
Penulis: Djonieri dan Muhamad Anugrah
Seorang pria berdiri di dekat kendaraan yang rusak, setelah gempa bumi, di Azaz yang dikuasai pemberontak, Suriah 6 Februari 2023. REUTERS/Mahmoud Hassano

Bisnis.com, JAKARTA - Berbeda dengan asuransi pada umumnya, asu­­­­ransi parametrik adalah produk asuransi di mana pembayaran klaim ti­­­­dak bergantung pada penilaian terhadap timbulnya kerugian dari risiko yang terjadi.

Misalnya, perusahaan asuransi akan membayar klaim pada pihak yang mengalami kerugian akibat gempa di suatu daerah, bila magnitudo gempa telah mencapai 8,0 skala richter. Contoh lainnya, perusahaan asuransi yang mempunyai nasabah petani akan membayarkan klaim bila nasabah terkena dampak kerugian bencana banjir akibat curah hujan mencapai 400 milimeter.

Dari kedua contoh tersebut, perusahaan asuransi akan membayar klaim tanpa melihat seberapa besar dampak kerugian yang timbul, tetapi melihat parameter yang terjadi, yaitu magnitudo gempa dan curah hujan.

Indonesia termasuk negara rawan gempa dan banjir yang banyak dipengaruhi oleh perubahan iklim, sehingga asuransi parametrik akan menjadi salah satu solusi untuk melindungi masyarakat dari potensi kerugian jika terjadi bencana.

Asuransi parametrik erat kaitannya dengan sektor pertanian, yang merupakan salah satu sektor produktif terbesar di Indonesia. Berdasarkan data BPS (2023), sektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian Indonesia menghasilkan sebesar Rp1.009 triliun pada 2023 atau 8% dari total PDB. Jumlah ini lebih besar daripada sektor pertambangan yang hanya menghasilkan sebesar Rp910 triliun.

Lahan pertanian di Indonesia juga sangat besar yaitu sekitar 58 juta hektare, di mana 99% dari lahan pertanian tersebut dimiliki oleh perorangan. Sebagai salah satu sektor vital karena menyangkut kebutuhan pangan, proteksi adalah kebutuhan yang penting pada sektor ini.

Pemerintah sudah memulai program asuransi bersubsidi kepada petani padi melalui program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Namun, jangkauan asuransi ini masih kecil. Berdasarkan data OJK, luas lahan yang di tanggung AUTP pada akhir 2023 hanya 305.000 ha atau hanya sekitar 0,52% dari seluruh lahan pertanian, sehingga diperlukan sebuah inovasi untuk dapat memperluas jangkauan asuransi pada sektor pertanian sehingga para petani memiliki perlindungan dari risiko gagal panen.

Beberapa negara telah mengadopsi asuransi parametrik dengan sukses, contohnya di India menerapkan asuransi parametrik yang dijual oleh perusahaan asuransi untuk melindungi petani dari risiko gagal panen. Asuransi parametrik mendapatkan subsidi premi dari pemerintah sebesar 50% dari premi yang dibayarkan.

Selain itu, di Meksiko, asuransi parametrik didistribusikan oleh pemerintah kepada target petani yang mempunyai pendapatan kurang dari US$4 per hari dengan skema subsidi 100% dari pemerintah.

Berbeda dengan India dan Meksiko, Jepang mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu penjualan asuransi parametrik tanpa skema subsidi dari pemerintah.

Sebagai negara yang rentan terdampak banjir dan perubahan iklim, banyak hal yang perlu dilakukan Indonesia untuk memitigasi risiko.

Pertama, mengedukasi masyarakat tentang manfaat asuransi parametrik agar timbul kesadaran di tengah masyarakat bahwa melindungi aset dengan asuransi adalah hal yang sangat penting.

Kedua, keberpihakan pemerintah. Subsidi pemerintah sangat penting untuk mengurangi beban petani dalam melindungi aset dari risiko kerugian.

Ketiga, kerja sama perusahaan asuransi dengan perusahaan yang bergerak pada sektor agrobisnis.

Sebagai contoh, skema kerja sama ini telah sukses dilakukan oleh sebuah perusahaan asuransi dengan perusahaan produsen kopi kemasan. Produsen kopi kemasan ini membayarkan premi asuransi petani kopi kepada perusahaan asuransi, sehingga jika terjadi risiko gagal panen, petani kopi tidak mengalami kerugian.

Keempat, kerja sama distribusi. Perusahaan asuransi perlu bekerja sama dengan pihak lain untuk memperoleh saluran distribusi yang luas, misalnya dengan perbankan dan perusahaan pembiayaan, sehingga penjualan produk asuransi parametrik dapat menjangkau sampai daerah terpencil.

Kelima, perlunya digitalisasi asuransi. Digitalisasi dapat memudahkan akses produk ini bagi masyarakat. Hal ini didukung oleh besarnya pengguna smartphone di Indonesia sehingga petani dapat mengakses layanan asuransi parametrik secara efisien.

Keenam, sinergi perusahaan asuransi dengan penyedia data. Perusahaan asuransi bersinergi dengan BNPB atau BMKG untuk penyediaan data agar perhitungan risiko dilakukan dengan lebih akurat sehingga perusahaan asuransi mengenakan premi yang wajar dan klaim dapat dikelola dengan baik.

Asuransi parametrik adalah solusi inovatif yang memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada peningkatan penetrasi asuransi di Indonesia. Dengan edukasi yang tepat dan pengembangan infrastruktur yang memadai, asuransi parametrik dapat menjadi instrumen penting untuk melindungi masyarakat dari berbagai risiko, terutama dalam era perubahan iklim saat ini yang akan bermuara pada pertumbuhan berkelanjutan dan ketahanan pangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Novita Sari Simamora
Terkini