OJK Sebut Konflik Iran-Israel Tak Pengaruhi Pasar Saham Domestik

Bisnis.com,17 Apr 2024, 20:37 WIB
Penulis: Akbar Evandio
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar/OJK

Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Dewan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menekankan bahwa konflik yang terjadi antara Iran-Israeltak memberikan pengaruh terhadap pasar saham domestik.

Dia mengatakan bahwa situasi memanas di timur tengah itu tak memberikan pengaruh terhadap pasar saham dan surat berharga secara signifikan, sebab kepemilikan saham dan surat berharga dari Timur Tengah cenderung rendah.

"Dari segi eksposur terhadap surat berharga dan saham, kepemilikan Investor yang langsung berkaitan dengan Timur Tengah praktis bisa dikatakan sangat kecil," katanya kepada wartawan di Istana Merdeka Jakarta pada Rabu (17/4/2024).

Lebih lanjut, dia menyebut bahwa OJK mencatat bahwa nilai kepemilikan saham investor dari Timur Tengah tercatat sebesar Rp65,73 triliun atau sekitar 2% dari total nilai kepemilikan saham investor non-residen.

Bahkan, kepemilikan Lembaga Jasa Keuangan (LKJ) oleh investor pengendali dari Timur Tengah tercatat hanya sebesar 0,1% dari total aset perbankan.

Tak hanya itu, OJK juga mencatat surat berharga dengan penerbit dari Timur Tengah yang dimiliki perbankan domestik hanya sebesar Rp1,3 triliun atau 0,06% dari total surat berharga yang dimiliki perbankan, sementara asuransi dan Perusahaan Pembiayaan tidak memiliki surat berharga dengan penerbit dari Timur Tengah.

"Kalau dilihat saat ini dari posisi devisa neto perbankan, lalu dari segi loan to deficit ratio untuk valas maupun eksposur yang disampaikan, secara menyeluruh terkendali," ujarnya.

Selain itu, Mahendra melanjutkan bahwa eskalasi Israel-Iran cenderung lebih mengarah kepada pergerakan harga minyak yang secara psikologi mempengaruhi nilai tukar (kurs) rupiah.

Oleh sebab itu, dia menekankan bahwa OJK menilai fundamental perekonomian Indonesia terjaga baik yang terbukti terlihat dari sejumlah faktor, mulai dari pertumbuhan yang terjaga di kisaran 5%, inflasi yang berada di rentang target Bank Indonesia, neraca perdagangan yang masih mencatatkan surplus, cadangan devisa yang memadai, serta masih tersedianya ruang fiskal.

"Ini yang kami [terus] cermati dan perhitungkan," pungkas Mahendra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Ridwan
Terkini