Bisnis.com, JAKARTA -- Sederet bank dengan layanan digital terus menjadi sorotan utamanya soal kemungkinan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) yang terus meningkat. Lantas, seperti apa respon para pemain?
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Edina Rae menyebut secara umum, NPL pada bank-bank dengan layanan digital masih dalam batas yang wajar dan cenderung membaik.
“Perbankan Indonesia menunjukkan perbaikan yang solid pasca pandemi Covid-19 hingga saat ini sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional, tidak terkecuali NPL,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang dikutip Rabu (17/4/2024).
Akan tetapi, dirinya tak menampik bahwa skema kemitraan yang kerap dilakukan perbankan dengan fintech lending melalui skema channeling kerap memberi dampak risiko yang umumnya berasal dari internal dan faktor eksternal.
Sehingga, dari sisi internal, diperlukan penguatan untuk terus mempertajam kapabilitas credit scoring yang dimiliki.
“Sementara, dari sisi eksternal, dampak perekonomian global yang masih volatile dan fenomena higher for longer memiliki implikasi signifikan terhadap penurunan nilai aset keuangan, menyebabkan ketidakpastian ekonomi yang tinggi, yang semuanya dapat menyebabkan penurunan nilai aset keuangan,” ujarnya.
Menurut Dian, untuk mengantisipasi risiko dalam skema channeling bersama fintech lending, perbankan dituntut untuk mempertimbangkan kebijakan manajemen risiko yang lebih ketat dan inovasi dalam teknologi untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi operasional.
Berdasarkan penelusuran Bisnis, beberapa bank digital mencatatkan kenaikan rasio NPL, tetapi masih di bawah threshold yang ditetapkan regulator.
BCA Digital alias Blu misalnya, mencatatkan NPL gross sebesar 1,10% pada 31 Desember 2023 dari 0,09% pada periode yang sama tahun sebelumya. NPL nett juga naik dari 0,04% menjadi 0,21% pada 2023
Allo Bank juga mencatatkan peningkatan NPL gross dari 0,01% menjadi 0,08%, sedangkan NPL net naik dari 0,01% menjadi 0,05% pada akhir tahun lalu.
Kendati demikian, sejumlah bank digital juga mencatatkan upaya perbaikan kualitas pembiayaan dengan penurunan NPL, di antaranya Bank Amar yang menargetkan untuk bisa menekan rasio kredit bermasalah atau NPL gross mencapai 5-6% pada tahun 2024.
Adapun, berdasarkan presentasi perusahaan NPL nett Bank Amar sendiri tercatat mengalami penyusutan 38 basis poin (bps) menjadi 1,29% pada 2023 dari sebelumnya 1,67% 2022.
Senior Vice President of Finance Amar Bank David Wirawan mengatakan kenaikan NPL gross adalah suatu yang tidak bisa dihindari, lantaran perseroan masih fokus mendukung segmen UMKM yang dikenal memiliki risiko tinggi sembari terus meningkatkan inklusi keuangan
“Tapi kita menjaga NPL nett, karena dengan [rendahnya] NPL nett kita bisa meng-cover risiko dan tetap profit,” ujarnya pada Bisnis beberapa waktu lalu.
Tahun ini, pihaknya juga membidik segmen corporate commercial yang juga sejalan dengan peningkatan konsumsi masyarakat dan tren digitalisasi.
“Kehadiran corporate commercial ini memang bunganya tidak besar, namun risiko NPL relatif lebih rendah,” ujarnya.
Lebih lanjut, kata David, tahun ini adopsi layanan digital dan perluasan kemitraan strategis bakal ditingkatkan untuk mendorong inovasi serta jangkauan layanan yang lebih luas.
Tak hanya Bank Amar, penyusutan NPL juga terjadi pada Bank Jago yang membukukan NPL gross sebesar 0,84% pada 2023 dari sebelumnya 1,82% dan NPL net dari 0,55% menjadi 0,05% pada 2023.
Head of Sustainability & Digital Lending Bank Jago Andy Djiwandono menyebut pihaknya terus menjaga kehati-hatian dan menerapkan skema mitigasi risiko yang tepat seiring tingginya risiko penyaluran pinjaman,
Dia menyebut pemilihan mitra P2P lending yang tepat menjadi kunci bagi Bank Jago untuk menjaga kualitas penyaluran kredit.
“Kami menambahkan partner [fintech P2P lending] baru juga tidak asal-asalan. Kalau kita lihat dua tahun pertama mungkin [mitra] nambahnya luar biasa, tapi kemarin [tahun 2023] nambahnya pelan-pelan, lebih selektif,” ujarnya usai agenda Forum Jurnalis Jagoan, Rabu (21/2/2024)
Kata Andy, dengan makin selektif, artinya perseroan terus meninjau kerja sama mitra yang perlu diperpanjang ataupun dihentikan. Selain menyalurkan kredit melalui skema channeling, Bank Jago juga memiliki layanan penyaluran kredit langsung melalui aplikasi sendiri.
"Kita sudah ada [skema penyaluran pinjaman langsung]. Tapi porsinya masih kecil,” kata Andy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel