Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengaku tengah mempertimbangkan opsi untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) demi mengantisipasi melemahnya mata uang rupiah yang sudah tembus Rp16.220 per dolar AS pada Rabu (17/4/2024).
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan bahwa upaya Bank Sentral RI itu untuk melengkapi dalam memastikan nilai tukar terjaga melalui sejumlah skema lainnya, seperti pasar spot (tunai) atau pembelian secara tunai maupun non delivery forward (NFD).
“Untungya BI ada beberapa instrumen keuangan selain triple intervention, jadi kita masuk di spot, masuk di DNDF, dan kalau dibutuhkan kita akan support [beli] SBN di SBN Market. Namun, kami juga lihat bahwa tekanan di bond yield tinggi, kami akan lihat SBN sampai seberapa jauh baru kita akan masuk,” tuturnya kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (17/4/2024).
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah juga terjadi karena faktor global dan bukan dipengaruhi oleh faktor domestik. Menurutnya, kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih terjaga.
Meski begitu, Destry menekankan bahwa meskipun faktor domestik tidak memiliki masalah, tetapi Bank Indonesia memastikan bahwa pihaknya akan bersama mengawal di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah.
“Domestik kita gak ada masalah everytings is ok, inflasi under control, growth-nya juga kemarin lebaran aktivitas konsumsi masyarakat bagus. Jadi ini memang shock dari global yang kenanya tidak hanya Indonesia,” pungkas Destry.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) melakukan pembelian surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 1.104,85 triliun untuk periode 2020-2022 melalui skema berbagi beban atau burden sharing.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan mekanisme burden sharing dibutuhkan untuk mendukung APBN karena adanya kondisi extraordinary. Perppu No. 1/2020 saat itu pun menetapkan defisit APBN boleh di atas 3% dari produk domestik bruto (PDB).
Pada 2020, BI melakukan pembelian SBN di pasar perdana sebesar Rp473,42 triliun, terdiri dari pembelian SBN berdasarkan SKB I sebesar Rp75,86 triliun dan SKB I Rp397,56 triliun.
Pada tahun berikutnya, BI mencatat pembelian SBN di pasar perdana mencapai Rp358,32 triliun, dengan rincian pembelian berdasarkan SKB I mencapai Rp143,32 triliun, dengan SKB II sebesar Rp215 triliun.
Sementara itu, sepanjang 2022, total pembelian SBN oleh BI sebesar Rp273,11 triliun, terdiri dari realisasi SKB I sebesar Rp49,11 triliun dan SKB II sebesar 224 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel