Konflik Iran vs Israel, Harga Gandum dan Kedelai RI Bisa Melonjak

Bisnis.com,18 Apr 2024, 15:46 WIB
Penulis: Dwi Rachmawati
Buruh pelabuhan menurunkan beras impor asal Vietnam dari kapal kargo di Pelabuhan Malahayati, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (5/1/2023)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) blak-blakan soal dampak konflik Iran vs Israel terhadap harga bahan pangan yang berasal dari impor seperti gandum dan kedelai.

Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Bapanas, Maino Dwi Hartono membeberkan sejumlah bahan pangan berisiko mengalami kenaikan harga imbas ketegangan di Iran-Israel. Kenaikan harga energi bakal mendongkrak biaya logistik hingga memicu kenaikan harga komoditas.

Selain itu, ketegangan di wilayah Timur Tengah juga berisiko membuat perjalanan impor pangan menjadi makin panjang. Lagi-lagi biaya logistik akan bertambah.

"Mungkin bertambah waktu perjalanan jadi panjang sehingga cost [biaya] nambah, jadi naik kan [harganya]," ujar Maino saat ditemui di Kompleks Kementerian Pertanian, Kamis (18/4/2024).

Namun, ihwal pasokan, menurut Maino, komoditas yang paling berisiko terdampak perang Iran-Israel seperti kedelai dan gandum. Musababnya, selama ini Indonesia juga mengandalkan pasokan gandum dari negara-negera di wilayah tersebut.

Maino berharap para importir bisa melakukan antisipasi dengan mencari alternatif negara sumber impor lainnya. Misalnya, untuk gandum dan kedelai bisa mencari pasokan dari Eropa ataupun Amerika seperti Argentina.

Sementara untuk pasokan komoditas bawang putih dan beras, menurut Maino tidak akan begitu terdampak dari ketegangan geopolitik di Iran-Israel. Musababnya, selama ini sebagian besar impor bawang putih yang dilakukan Indonesia berasal dari China. Sementara impor beras sebagian besar berasal dari negara-negara di Asia Tenggara.

Begitupun dengan pasokan daging sapi impor, juga dianggap tidak terpengaruh oleh konflik Iran vs Israel karena sebagian besar pemasoknya berasal dari Australia.

Namun, Maino menegaskan bahwa anjloknya kurs Rupiah terhadap Dolar juga berisiko terhadap aktivitas importasi pangan. Adapun nilai tukar Rupiah terus ambrol hingga tembus lebih dari Rp16.000 per US$.

"Intinya situasi global tadi akan mempengaruhi situasi logistik dan ujungnya harga di Indonesia akan berubah. Lalu kurs Dolar naik, mau enggak mau pelaku usaha akan menyesuaiakan itu," jelasnya.

Sebelumnya, Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi memastikan bahwa pengadaan impor pangan termasuk beras sudah diantisipasi untuk menghadapi gejolak eksternal. Strategi hedging hingga diversifikasi negara sumber dipakai untuk kelancaran pasokan beras impor.

"Ini harus aksi korporasi juga. Jadi udah tau harga dolar akan naik misalnya, hedging di angka berapa. Maksudnya dilock dolarnya di angka berapa," ucap Arief.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini