Bisnis.com, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 2,2% sepanjang pekan lalu ke level 7.087. Kondisi pelemahan ini sebagai dampak dari menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah yang diiringi kekhawatiran meluasnya perang Iran-Israel.
Salah satu kontributor pelemahan IHSG pekan lalu adalah emiten sektor perbankan. Berdasarkan data RTI Business, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) turun 7,46% dalam sepekan perdagangan dan ditutup di level Rp5.275 per lembar pada Jumat (19/4/2024). Harga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga turun 2,18% dalam sepekan dan ditutup di level Rp6.725.
Lalu, harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) turun 2,34% dalam sepekan perdagangan ke level Rp5.225 pada penutupan perdagangan hari ini. Kemudian, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatatkan penurunan harga saham 3,81% dalam sepekan perdagangan terakhir hingga ditutup di level Rp9.475 per lembar.
Selain bank jumbo, bank kelas kedua atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) III seperti PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) mencatatkan penurunan harga saham 5,69% dalam sepekan ke level Rp1.990.
Harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) juga turun 6,96% dalam sepekan ke level Rp2.540. Kemudian, harga saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) merosot 9,24% dalam sepekan ke level Rp1.375.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani juga mengatakan jebloknya kinerja harga saham perbankan terimbas oleh tren pelemahan rupiah saat ini. "Penurunan rupiah berimbas ke pasar secara seluruhnya, tidak hanya ke perbankan," katanya kepada Bisnis pada akhir pekan lalu (19/4/2024).
Mengutip data Bloomberg pada penutupan perdagangan Jumat (19/4/2024) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah dengan turun 81 poin atau 0,50% ke Rp16.260 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,09% ke 106,05.
Rupiah telah mencatatkan tren pelemahan sejak awal tahun ini. Tercatat, pada perdagangan awal tahun, per 2 Januari 2024 rupiah masih di level Rp15.390.
Jika ditarik mundur, nilai tukar rupiah terhadap dolar sempat menembus Rp16.000 pada 3 April 2020. Kala itu nilai tukar mata uang Indonesia menembus Rp16.300 per dolar AS.
Meski demikian, menurut Arjun prospek saham perbankan ke depan masih bagus dengan rekomendasi beli. "Prospeknya bagus karena valuasi masih menarik seiring dengan pertumbuhan laba yang kuat," ujarnya.
Sebelumnya, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah memang memberikan sentimen negatif ke perbankan. Pelemahan nilai tukar rupiah dikhawatirkan akan mendorong inflasi, kenaikan suku bunga, dan peningkatan kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) bank.
"Bank yang banyak portofolio ke kredit produktif dan jangka waktu lama seperti kredit korporasi serta mortgage akan terasa dampaknya," tutur Trioksa kepada Bisnis pada Selasa (16/4/2024).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel