BCA (BBCA) Rilis Kinerja Kuartal I/2024 Hari Ini, Simak Prospek Sahamnya

Bisnis.com,22 Apr 2024, 12:39 WIB
Penulis: Arlina Laras
Nasabah bertransaksi di ATM BCA/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Harga saham PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA (BBCA) terpantau lesu jelang pemaparan kinerja keuangan perseroan kuartal I/2024 pada Senin (22/4/2024). Lalu, bagaimana prospek saham BBCA?

Sebagai informasi, pada hari ini BCA dijadwalkan mengadakan konferensi pers kinerja kuartal I/2024 mulai pukul 16.00 WIB. Sepanjang tahun lalu, BCA mengantongi laba Rp48,6 triliun, naik 19,4% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Berdasarkan data RTI Business, harga saham BBCA turun 1,06% atau 100 poin ke level 9.375 pada akhir sesi I perdagangan. Sepanjang sesi, indeks komposit bergerak di rentang 9.350-9.425.

Lalu, selama sepekan, harga saham BBCA juga terkoreksi 9,2%. Harga saham BBCA juga turun 0,53%. Meski demikian, jika menilik pergerakan lima tahun terakhir, harga saham BBCA masih mencatatkan kenaikan 80,15% 

Adapun menilik konsensus analis Bloomberg, prospek saham BBCA masih dinilai positif. Dari 34 analis yang memantau, 28 di antaranya merekomendasikan beli dan enam lainnya memilih rekomendasi jual. Target harga rata-rata saham BBCA Rp10.846.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani juga mengatakan jebloknya kinerja harga saham perbankan terimbas oleh tren pelemahan rupiah saat ini.

"Penurunan rupiah berimbas ke pasar secara seluruhnya, tidak hanya ke perbankan," katanya kepada Bisnis pada akhir pekan lalu (19/4/2024).

Meski demikian, menurut Arjun prospek saham perbankan ke depan masih bagus dengan rekomendasi beli. "Prospeknya bagus karena valuasi masih menarik seiring dengan pertumbuhan laba yang kuat," ujarnya. 

Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus pun menyoroti merosotnya kinerja harga saham perbankan dipengaruhi sejumlah sentimen. 

Pertama, naiknya tensi geopolitik akibat perang tambahan antara Iran dan Israel. Kedua, ekskalasi perang yang berpotensi meningkat dan dapat menghamburkan proyeksi pemulihan ekonomi global.  

Ketiga, kenaikan data change in nonfarm payrolls AS serta penurunan level pengangguran di Amerika. 

Keempat, naiknya inflasi di Amerika diikuti melesetnya prediksi penurunan tingkat suku bunga The Fed dari yang semula Juni menjadi September atau bahkan Desember 2024 menjadi sejumlah faktor lesunya kinerja saham bank. 

Meski begitu, dirinya menilai prospek saham perbankan masih baik untuk jangka panjang, namun untuk jangka pendek akan mengalami koreksi seiring dengan sentimen negatif yang ada di pasar. “Akan tetapi, potensi valuasi di masa yang akan datang masih sangat baik,” ujarnya.

Sebelumnya, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah memang memberikan sentimen negatif ke perbankan. 

Pelemahan nilai tukar rupiah dikhawatirkan akan mendorong inflasi, kenaikan suku bunga, dan peningkatan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) bank.  

"Bank yang banyak portofolio ke kredit produktif dan jangka waktu lama seperti kredit korporasi serta mortgage akan terasa dampaknya," tutur Trioksa kepada Bisnis pada Selasa (16/4/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini