Harga Komoditas Senin (22/4): Emas Melemah, Batu Bara Hijau, CPO Lesu

Bisnis.com,22 Apr 2024, 07:35 WIB
Penulis: Jessica Gabriela Soehandoko
Ilustrasi emas batangan/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas primer global tercatat naik turun sepekan lalu. Harga emas melemah setelah mengalami lonjakan kenaikan hingga menembus US$2.400. Batu bara telah menguat dalam sepekan, berbeda dengan harga crude palm oil (CPO) yang melesu. 

Berdasarkan data Bloomberg pada perdagangan Jumat (19/4/2024), harga batu bara kontrak April 2024 di ICE Newcastle ditutup menguat 0,77% pada level US$130,60 per metrik ton pada perdagangan Jumat (19/4/2024). Kontrak ini telah menguat 1,04% dalam sepekan. 

Lalu, batu bara kontrak Mei 2024 juga menguat 0,53% ke US$141,75 per metrik ton dan mencatatkan penguatan sebesar 5,98%.

Mengutip Bigmint, diketahui bahwa  provinsi penghasil batu bara terkemuka di China, Shanxi, mencatatkan produksi batu bara mentah terendah pada  Maret 2024 sejak Juli 2020, yaitu sebesar 94,32 juta metrik ton, atau menurun 21% secara tahunan. 

Penurunan ini sejalan dengan ekspektasi industri dan didorong upaya regulasi untuk mengekang produksi yang berlebih dan praktik ilegal. Produksi yang berlebihan dalam beberapa tahun terakhir juga menyebabkan bahaya keselamatan, sehingga keselamatan dan pembangunan berkelanjutan diprioritaskan.

Meskipun pada awalnya mengalami penurunan, produksi batu bara diperkirakan akan meningkat pada akhir tahun ini untuk memenuhi target 1,3 miliar ton.

Mengutip Reuters, data Bea Cukai China menunjukan bahwa pengiriman batu bara Rusia ke China juga diketahui menurun 21% pada Maret 2024 atau menjadi 6,92 juta metrik ton. Penurunan ini terjadi akibat sanksi dan tarif impor.

Harga Emas

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot ditutup melemah -0,34% ke level US$2,383,79 per troy ounce pada pukul 07.08 WIB. Sebelumnya di pasar ini, emas telah menguat 2% dalam sepekan. 

Kemudian, harga emas Comex kontrak Juni 2024 juga melemah -0,52% ke US$2.401,20 per troy ounce pada pukul 06.58 WIB. Sebelumnya kontrak ini juga menguat sebesar 1,67% dalam sepekan. 

Walaupun pada saat ini emas tampak mengalami pelemahan, kenaikan harga emas ke level tertinggi sepanjang masa melampaui US$2400 per ons telah memikat pasar global. China selaku produsen dan konsumen logam mulia terbesar di dunia telah berada di garis depan dalam lonjakan ini. 

Tensi geopolitik dan prospek penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) telah menambah nilai emas sebagai investasi. Namun China telah menjadi pendorong kenaikan tersebut yang tak henti-henti, karena memandang emas batangan sebagai penyimpan nilai di masa yang tidak menentu. 

Direktur pelaksana konsultan Precious Metals Insights Ltd yang berbasis di Hong Kong, Philip Klapwijk, mengatakan masih ada ruang bagi permintaan untuk tumbuh. 

“Tidak banyak alternatif di China. Dengan kontrol pertukaran dan kontrol modal, Anda tidak bisa hanya melihat pasar lain untuk menaruh uang Anda,” terangnya. 

Harga CPO

Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka kontrak Juli 2024 pada perdagangan Jumat (19/4) telah melemah -56 poin ke 3.928 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Kontrak ini telah melemah sekitar -6,7% dalam sepekan. 

Kemudian, kontrak Juni 2024 juga ditutup melemah sebesar -56 poin menjadi 3.983 ringgit per ton. Dalam sepekan, kontrak ini mencatatkan pelemahan sebesar -7,03%.

Mengutip Bernama, pedagang minyak sawit David Ng mengatakan bahwa kontrak berjangka CPO pada minggu ini diprediksi akan diperdagangkan dalam mode bearish karena melemahnya kontrak berjangka kedelai yang terus-menerus akan menekan pasar. 

“Oleh karena itu, kami memperkirakan harga CPO akan diperdagangkan antara RM 3.800 dan RM 4.000 minggu depan,” tuturnya. 

Kemudian, pedagang Jim Teh memproyeksi pasar akan mengalami koreksi teknis hingga mencapai RM3.600-RM 3.700 per ton pada minggu depan. Hal ini dikarenakan laporan analis yang memprediksi harga akan lebih rendah pada Mei 2024.

Lanjutnya, dia berpendapat bahwa adalah hal yang wajar jika minggu depan terdapat koreksi lantaran harga yang sudah meningkat terlalu tinggi. Hal ini akan menyebabkan harga pangan naik.

Selain itu, permintaan minyak sawit juga dinilai akan melambat seiring dengan berakhirnya Hari Raya pada akhir April ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini