Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) ancang-ancang menyiapkan skema manajemen risiko di tengah era suku bunga tinggi dan gejolak geopolitik.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan terdapat berbagai tantangan bagi perbankan pada tahun ini. Terbaru, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) telah merangkak naik 25 basis poin (bps) menyentuh level 6,25%, setelah sebelumnya tertahan di level 6% sejak Oktober 2023.
Menurutnya, kenaikan suku bunga acuan merupakan imbas dari nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang ambrol. Ditambah, secara global terdapat ketidakpastian penurunan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed).
"Semua orang ketakutan terhadap ketidakpastian global," kata Sunarso dalam paparan kinerja BRI pada Kamis (25/4/2024).
Tantangan pun melebar karena terdapat ketegangan geopolitik seiring dengan konflik Israel dan Iran. Kondisi tersebut menurutnya mampu membuat ketidakpastian ekonomi global.
Di domestik terdapat permasalahan ketersediaan pangan dampak dari el-nino yang membuat musim tanam dan musim panen mundur. Volatilitas harga pangan pun terjadi dan berdampak terhadap inflasi.
"Situasi global dan domestik ini yang harus dikelola," tutur Sunarso.
BRI sendiri menurutnya telah ancang-ancang menghadapi serangkaian tantangan bagi industri perbankan itu. BRI misalnya melakukan manajemen risiko terhadap kondisi likuiditas.
"Kenaikan suku bunga acuan membawa likuidity risk dan akan menimbulkan cost of fund. Kita harus punya kemampuan simulasi," jelas Sunarso.
Meski begitu, saat ini BRI memiliki likuditas yang longgar tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) di level 83,3% pada Maret 2024.
Kemampuan likuiditas bank didukung oleh raupan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp1,416,21 triliun pada kuartal I/2024, tumbuh 12,8% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Raupan DPK bank didominasi oleh dana murah atau current account saving account (CASA) sebesar Rp873,29 triliun, naik 7,8% yoy.
BRI juga melakukan simulasi dengan membuat matriks. Terdapat berbagai simulasi dari sejumlah kondisi dengan memperhatikan pertumbuhan ekonomi yang rendah, moderat, atau tinggi, serta tingkat risiko rendah, moderat, atau tinggi.
"Perkiraan kami sampai kuartal kedua kondisinya berada di risiko tinggi, pertumbuhan ekonomi moderat," ujar Sunarso.
Alhasil, strategi yang dijalankan BRI sampai Juni 2024 masih pada ekspansi kredit yang moderat disertai loan portofolio guideline yang diperketat.
Sunarso menjelaskan bank terus menjalankan moniotring kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) dan melakukan simulasi stress test secara berkelanjutan.
"Kami juga jaga rasio pencadangan di level yang tinggi. Cari dana tenor yang jangka panjang," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel