Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia mencatat kredit baru pada kuartal II/2024 diperkirakan tetap tumbuh, meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini terindikasi dari SBT prakiraan penyaluran kredit baru kuartal II/2024 yang sebesar 57,6%, sedikit lebih rendah dibanding SBT 60,8% pada triwulan IV/2023.
Melansir Survei Perbankan Triwulan I/2024 yang dirilis BI, prioritas utama perbankan dalam penyaluran kredit baru pada triwulan II/2024 masih sama dengan periode sebelumnya, yaitu kredit modal kerja, diikuti kredit investasi dan kredit konsumsi.
"Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah [KPR]/Kredit Pemilikan Apartemen [KPA] masih menjadi prioritas utama, diikuti Kredit Multiguna dan Kredit Kendaraan Bermotor [KKB]," lapor BI, Jumat (26/4/2024).
Berdasarkan sektornya, penyaluran kredit terbesar pada kuartal II/2024 ada pada sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran, serta sektor Perantara Keuangan.
Dalam laporan yang sama, mayoritas aspek kebijakan penyaluran kredit pun diperkirakan lebih ketat, khususnya suku bunga kredit dan agunan. Sementara itu, jangka waktu kredit dan persyaratan administrasi diperkirakan lebih longgar.
Hasil survei juga menunjukkan standard penyaluran kredit juga akan lebih ketat pada KPR/KPA. Kemudian, sebagian besar aspek kebijakan penyaluran kredit diperkirakan lebih ketat dibanding triwulan sebelumnya, khususnya suku bunga kredit.
Lebih lanjut, perbankan memperkirakan outstanding kredit sampai akhir 2024 terus tumbuh, meski tidak setinggi realisasi pertumbuhan kredit pada 2023 dan 2022 yang masing-masing sebesar 10,4% dan 11,4% yoy
Bila melihat tiga bulan pertama sebelumnya, penyaluran kredit baru tumbuh positif meski tidak setinggi pertumbuhan para periode sebelumnya sesuai dengan pola historisnya.
“Hal ini tercermin dari nilai SBT penyaluran kredit baru triwulan I/2024 sebesar 60,8% lebih rendah dari 96,1% pada triwulan IV/2023,” tulis BI.
Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit baru pada seluruh kredit terindikasi lebih rendah dibanding periode sebelumnya, baik pada kredit modal kerja (SBT 68,2%), kredit investasi (SBT 21,9%, maupun kredit konsumsi SBT (72,9%).
Penyaluran kredit baru yang melambat juga terjadi pada seluruh jenis kredit konsumsi, mulai dari KPR/KPA, multiguna, KKB, KTA, dan kartu kredit.
Adapun, secara sektoral, pertumbuhan penyaluran kredit baru tertinggi terjadi pada sektor Listrik, Gas, dan Air (SBT 49,8%), diikuti sektor Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial (SBT 42,4%), serta sektor Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga (SBT 23,5%)
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan seretnya pertumbuhan kredit di kuartal II/2024 dipengaruhi sejumlah sentimen, mulai dari gejolak ekonomi, tingginya tensi geopolitik hingga naiknya suku bunga acuan yang pada akhirnya membuat kemampuan daya beli belum puih
“Sehingga ini menimbulkan kekhawatiran yang akhirnya menekan pertumbuhan kredit dan kualitas kredit,” ujarnya pada Bisnis, Jumat (26/4/2024)
Dia juga menyebut perbaikan kredit sendiri akan tergantung perkembangan ekonomi secara global, terutama dengan adanya gejolak di Timur Tengah.
Target Kredit Perbankan
Saat ini sejumlah bank melakukan revisi hingga membidik target kredit yang konservatif. Misalnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) yang memilih menurunkan target pertumbuhan kredit ke level 10%-11% pada 2024 seiring dengan naiknya suku bunga acuan BI ke level 6,25%
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan keputusan ini dilakukan untuk mengantisipasi biaya bunga yang mahal dan persaingan dana pihak ketiga (DPK) yang ketat.
Sebelumnya, Nixon menyebut pihaknya sempat membidik target penyaluran kredit 11%-12%. Namun, dengan kenaikan suku bunga ini memaksa agar bank tidak terlalu banyak menyalurkan kredit.
“Kuartal I/2024 kan [pertumbuhan kredit] 14,85%, nanti kita turunkan penyaluran kredit ke level 10% antisipasi dana mahal karena suku bunga sekarang lebih challenging. Ibaratnya, dengan harga bahan baku mahal, maka jualannya tidak usah digeber,” ujarnya dalam sesi Paparan Kinerja Kuartal I/2024, Kamis (25/4/2024)
Nixon berharap dengan menekan kredit ini menjadi langkah rasional di kala biaya untuk mendapatkan dana lebih mahal. Dengan demikian, BTN tidak perlu mencari banyak dana untuk menyalurkan kredit.
“Saat ini likuiditasnya tengah mahal,” ucapnya.
Adapun, kondisi likuiditas perseroan yang tercermin Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di kisaran 96,2%
Tercatat, pada kuartal I/2024, BTN membukukan pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebesar 14,8% menjadi Rp344,2 triliun, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp299,7 triliun.
Sedangkan, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memproyesikan pertumbuhan kredit bakal apik
“Untuk full year [target kredit] masih konservatif 10% karena situasi dunia masih tidak menentu,” ujarnya pada Bisnis, Rabu (24/4/2024).
Bahkan, dirinya menyebut apabila terjadi kenaikan permintaan kredit, kondisi likuiditas maupun permodalan masih mencukupi.
Tercatat, secara konsolidasi BCA membukukan kenaikan total kredit sebesar 17,1% secara tahunan menjadi Rp835,7 triliun per Maret 2024. Pertumbuhan total kredit tersebut berada di atas rata-rata industri.
Sebelumnya, Jahja menyebut saat ini rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) BCA berada di kisaran 70%-71% meski permintaan kredit kencang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel