Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) tetap yakin permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) meski suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate telah meningkat menjadi 6,25% pada pertengahan pekan lalu.
Keputusan BI menaikan suku bunga acuan diambil diambil dalam agenda Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024. BI rate pun kini menyentuh level 6,25%, naik 25 basis poin (bps) setelah sebelumnya tertahan di level 6% sejak Oktober 2023.
Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan pihaknya akan terus memantau dampak kenaikan suku bunga terhadap penyaluran kredit di berbagai segmen termasuk segmen KPR, konstruksi, dan real estate.
"Meski begitu, kami melihat permintaan kredit konsumer termasuk KPR akan tetap solid," kata Hera kepada Bisnis, Sabtu (27/4/2024).
Pada kuartal I/2024, penyaluran KPR BCA naik 11% secara tahunan (year on year/yoy) mencapai Rp121,7 triliun. Peningkatan penyaluran KPR BCA ditopang oleh penyelenggaraan BCA Expoversary 2024 secara offline pada 29 Februari–3 Maret 2024, dan online sampai akhir April 2024.
Hingga akhir Maret, total aplikasi KPR dan KKB pada BCA Expoversary 2024 telah mencapai lebih dari Rp30 triliun.
BCA pun memproyeksikan kredit di segmen korporasi termasuk real estate dan konstruksi masih tetap tumbuh solid. Tercatat, per Maret 2024 kredit korporasi tumbuh 22,1% yoy sehingga totalnya Rp389,2 triliun per Maret 2024. Sementara kredit komersial naik 9,3% yoy menjadi Rp125,2 triliun.
"Kami berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif pada 2024, sehingga mendukung pertumbuhan kredit di berbagai segmen termasuk KPR, konstruksi, dan real estate," tuturnya.
Optimisme BCA dalam penyaluran KPR juga ditopang oleh likuiditas yang memadai. "Kami optimistis dapat menjaga pertumbuhan kredit berkualitas termasuk KPR, konstruksi, dan real estate secara berkelanjutan," ujarnya.
Adapun, terkait suku bunga KPR, BCA akan senantiasa mencermati perkembangan ke depan dalam menentukan kebijakan suku bunga. Meskipun, sejauh ini BCA menjaga tingkat suku bunga kredit pada level yang dapat diterima oleh pasar.
Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan kenaikan suku bunga acuan BI akan memberi dampak terhadap perlambatan kredit dalam jangka waktu 6 bulan ke depan.
"Manakala pertumbuhan kredit melemah dan beberapa debitur mengalami kesulitan pembayaran, ini akan memengaruhi NPL [nonperforming loan/kredit bermasalah] bank. Akhirnya akan mempengaruhi kinerja secara umum nantinya," ujar Amin kepada Bisnis pada Kamis (25/4/2024).
Begitu juga dengan KPR yang tersengat kenaikan suku bunga acuan. Meskipun, menurutnya bunga KPR perbankan tidak akan langsung naik. "Perlu waktu 3 sampai 6 bulan dan idealnya 100 basis poin [bps]," jelas Amin.
Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis BI, kredit properti tetap bertumbuh di level 7,7% yoy pada Maret 2024, menjadi Rp1.348,6 triliun. Namun, pertumbuhan kredit properti melambat dibandingkan bulan sebelumnya di level 7,9%.
Khusus untuk KPR, kinerjanya masih menjanjikan tumbuh 14,2% yoy menjadi Rp740,4 triliun, lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 12,6% yoy.
Begitu juga dengan kredit real estate yang naik 8,6% yoy menjadi Rp220,2 triliun, lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 8,5% yoy.
Namun, kredit konstruksi turun 3,2% yoy menjadi Rp388,1 triliun. Penurunnya lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang turun 0,1%.
Seiring dengan kenaikan suku bunga acuan, BI pun memperkuat kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) untuk mendorong pertumbuhan kredit melalui perluasan cakupan sektor prioritas. Di antara sektor prioritas yang disuntik KLM adalah konstruksi dan real estate produktif. Insentif akan berlaku mulai 1 Juni 2024.
"Ini [KLM] memang tujuannya untuk menjaga industri, termasuk konstruksi dan real estate. Jadi akan tetap bisa tumbuh, kalaupun terkoreksi dalam jangka menengah yakni 6 bulan ke depan," kata Amin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel