Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perkebunan kelapa sawit dan pengolahan CPO Grup Rajawali milik taipan Peter Sondakh, PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT) mencatatkan lonjakan laba pada kuartal I/2024 meskipun harga CPO tertekan.
BWPT mencatatkan pendapatan usaha Rp943,36 miliar pada kuartal I/2024, terkoreksi dari Rp1,04 triliun pada kuartal I/2023. Pendapatan usaha pada Januari-Maret 2024 berasal dari penjualan minyak kelapa sawit Rp868,54 miliar, inti kernel Rp65,28 miliar, dan tandan buah segar Rp9,53 miliar.
Kendati demikian, BWPT mampu menekan beban pokok penjualan menjadi Rp666,16 miliar pada kuartal I/2024 dibandingkan sebelumnya Rp820,33 miliar. Laba bruto per Maret 2024 pun naik menjadi Rp277,19 miliar dari Rp225,54 miliar pada kuartal I/2023.
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp47,49 miliar pada kuartal I/2024. Laba bersih tersebut melonjak dari Rp18,27 miliar pada kuartal I/2023.
Henderi Djunaidi, Direktur Utama BWPT, menyampaikan langkah strategis rasionalisasi aset non-strategis yang dilakukan Eagle High Plantations sepanjang tahun 2021-2023 berhasil mempercepat turnaround. Oleh karena itu, BWPT dapat fokus untuk terus meningkatkan produktivitas.
Peningkatan produktivitas merupakan salah satu faktor pendukung BWPT berhasil membukukan pertumbuhan EBITDA sebesar 25% menjadi Rp315,41 miliar pada kuartal I/2024 dari Rp252,96 miliar pada kuartal I/2023. Laba tahun berjalan melonjak 364% menjadi Rp50,89 miliar dari sebelumnya Rp 10,96 miliar.
"Padahal, harga jual rata-rata CPO pada kuartal I/2024 ini cenderung lebih rendah 1% dibandingkan kuartal I/2023. Peningkatan kinerja berkat keberhasilan konsistensi serta fokus pada produktivitas, efisiensi dan profitabilitas yang telah dilakukan BWPT selama beberapa tahun terakhir dimana hal ini sangat efektif meningkatkan kinerja keuangan BWPT khususnya di kuartal I/2024,” ujarnya dalam siaran pers, Selasa (30/4/2024).
Efektivitas kinerja keuangan BWPT juga terlihat dari penguatan rasio keuangan seperti gross margin dan operating margin yang tumbuh sebesar 36% dan 51% dibandingkan dengan kuartal yang sama di tahun sebelumnya. Sementara itu, utang bank terus menurun dari Rp 6,9 triliun pada kuartal I/2023 menjadi Rp4,9 triliun pada kuartal I/024. Hal ini menyebabkan beban bunga ikut turun sebesar 24%.
Henderi menyampaikan sekalipun jumlah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang dimiliki tahun ini berkurang akibat rasionalisasi aset dan berdampak pada penurunan pendapatan sebesar 10% dibanding tahun sebelumnya, faktor keberhasilan BWPT lainnya dapat terlihat pada penguatan produktivitas, efisiensi dan profitabilitas.
Pada kuartal I/2024, tandan buah segar (TBS) dan CPO yield per hektare tumbuh masing-masing sebesar 40% dan 51% dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya.
BWPT yang beroperasi di Sumatra, Kalimantan, dan Papua dengan mengelola total luas lahan perkebunan 87.000 hektare dan total kapasitas pabrik kelapa sawit sebesar 2,2 juta ton TBS per tahun.
“Kuartal I/2024 ini merupakan tahap penyesuaian. Namun kami tetap fokus pada peningkatan produktivitas, efisiensi dan profitabilitas hingga akhir tahun 2024. Dengan pencapaian kuartal I/2024 yang solid, kami optimis target dobel digit tahun ini dapat tercapai," tambah Henderi Djunaidi.
Sejalan dengan Roadmap Certified Oil dan ramah lingkungan yang telah dicanangkan, BWPT telah resmi menambahkan 1 sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) baru untuk PKS PT Bumihutani Lestari di Kalimantan Tengah. Pencapaian ini merupakan dedikasi BWPT atas komitmen keberlanjutan dalam kegiatan bisnisnya serta memberikan nilai tambah atau harga premium pada pendapatan BWPT.
Di sisi lain, BWPT telah memperoleh peringkat idA-/Stable dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) atas data dan informasi yang telah disampaikan serta Laporan Keuangan Audit per 31 Desember 2023. Hasil peringkat tersebut mencerminkan profil pengelolaan operasional BWPT yang kuat, permintaan minyak sawit yang stabil dan fleksibilitas finansial yang relatif kuat.
"Dengan pencapaian yang berhasil diraih pada kuartal I/2024 ini serta arus kas operasional yang semakin menguat sebesar 163% YoY, BWPT optimis dapat meraih peringkat yang semakin baik kedepannya," imbuh Henderi Djunaidi.
Selanjutnya, BWPT tetap berfokus pada penerapan praktik agronomi yang baik, peremajaan pabrik dan alat-alat berat serta terus meningkatkan kesejahteraan karyawan termasuk peningkatan keterampilan dan kompetensi karyawan.
Selain itu, pembangunan Kernel Crushing Plant (KCP), Biogas, dan peningkatan kapasitas PKS tetap menjadi prioritas BWPT untuk meningkatkan produksi dan pendapatan ke depan.
Hal lain yang menjadi fokus dan prioritas adalah konsisten melakukan efisiensi biaya dan terus melanjutkan penerapan sistem digitalisasi dan mekanisasi dalam proses kegiatan operasional. (Fasya Kalak Muhammad)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel