Bulog: Serapan Jagung Petani Belum Optimal, Ini Penyebabnya

Bisnis.com,03 Mei 2024, 16:29 WIB
Penulis: Dwi Rachmawati
Petani menjemur jagung di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/8)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi membeberkan alasan penyerapan jagung petani belum optimal.

Keterbatasan fasilitas alat pengering atau dryer disebut menjadi kendala utama bagi Bulog untuk menyerap jagung petani. Adapun saat ini, Bulog baru memiliki dua fasilitas pengering untuk jagung yaitu di Dompu dan Gorontalo.

Di sisi lain, mayoritas jagung petani juga cenderung memiliki kadar air yang lebih tinggi dari ketentuan yang diberlakukan Bulog, yaitu tembus 15%.

Biji jagung dengan kadar air setinggi itu akan cenderung lebih cepat menghitam dan rusak saat disimpan akibat serangan jamur.

"Sayangnya pengeringan Bulog belum beroperasi optimal saat ini karena memang baru selesai pembangunannya jadi masih uji coba. Mudah-mudahan kalau tahun depan bisa optimal," ujar Bayu saat memantau penyaluran bantuan pangan beras di Kantor Kelurahan Pela Mampang, Jumat (3/5/2024).

Lebih lanjut, periode panen jagung kali ini, kata Bayu, cenderung lebih pendek dan diperkirakan selesai pada Mei 2024. Kendati begitu, Bulog terus berupaya untuk bekerja sama dengan pengusaha pakan yang memiliki pengering dan silo (tempat penyimpanan) untuk mendukung penyerapan jagung petani.

Adapun hingga 2 Mei 2024, jumlah serapan jagung petani oleh Bulog tercatat sebanyak 8.500 ton. Serapan jagung terbesar dilakukan Bulog di Gorontalo dan Bolaang Mangondow Sulawesi Utara mencapai 4.500 ton, dan 3.500 ton di Bima, Nusa Tenggara Barat. 

Kendati telah memiliki stok jagung hingga 8.000 ton, Bayu mengakui bahwa Bulog belum melakukan penyaluran jagung SPHP kepada peternak rakyat. Dia beralasan, pihaknya masih menunggu panen raya jagung berakhir untuk mulai melakukan fungsi stabilisasi harga jagung pakan di peternak.

"Nanti [penyaluran jagung SPHP], setelah kita punya stok akan kita salurkan pada saat tidak ada panen lagi," jelasnya.

Kementerian Pertanian (Kementan) memyebut total produksi jagung sejak Januari - Juni 2024 diperkirakan mencapai 6,56 juta ton. Angka perkiraaan produksi selama periode tersebut lebih rendah 0,77 juta ton dibandingkan peruode yang sama di tahun lalu.

Puncak panen raya jagung terjadi pada Maret 2024 mencapai 2,3 juta ton. Sementara produksi jagung diramal bakal mulai melandari memasuki Mei hingga Juni 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini