Avrist Assurance Ungkap Strategi Investasi di Era Suku Bunga Tinggi

Bisnis.com,06 Mei 2024, 17:35 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari
Karyawan melayani nasabah di Kantor Avrist Assurance, Jakarta, Senin (24/8/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA— Perusahaan asuransi jiwa PT Avrist Assurance (Avrist) mengungkap strategi perusahaan dalam melakukan investasi di tengah suku bunga tinggi usai Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikan tingkat suku acuan atau BI Rate menjadi 6,25%. 

Direktur Utama PT Avrist Assurance Simon Imanto mengatakan bahwa ada dua hal yang diperhatikan perseroan di tengah suku bunga tinggi. Pertama adalah investasi. Menurutnya, apabila suku bunga naik maka pasar modal cenderung tertekan. 

Namun demikian, pihaknya memastikan hal tersebut tidak langsung berpengaruh terhadap bisnis asuransi perseroan. Terlebih lantaran pihaknya mengelola aset perusahaan, khususnya untuk menjaga liabilitas. Dia juga menempatkan investasi pada instrumen yang cenderung aman. 

“Jadi investasi-investasi jangka panjang khususnya obligasi. Walaupun mungkin juga terpengaruh harga karena suku bunga naik, tapi kupon dan jangka panjangnya kami jaga,” kata Simon dalam acara Media Gathering di Jakarta, Senin (6/5/2024). 

Simon mengatakan pihaknya tidak mengubah strategi tersebut. Avrist ingin tetap menjaga kewajiban jangka panjang pemegang polis. Oleh sebab itu, perseroan melakukan investasi secara prudent. 

Hal kedua yang menjadi perhatian, yakni harga premi produk baru yang naik di tengah suku bunga tinggi. Namun, Simon menyebut dengan investasi yang perusahaan miliki, Avrist Assurance dapat mengelola penjualan atau pricing produk yang perusahaan tawarkan. 

“Jadi proses ini, khususnya secara prudent dari sisi investasi dan juga antisipasi perubahan ekonomi makro sangat penting bagi kami dalam menjaga kewajiban jangka panjang. Termasuk pengelolaan produk,” tandasnya. 

Dikutip dari laporan keuangan Avrist Assurance pada kuartal I/2024, jumlah aset investasi perseroan mencapai Rp6,04 triliun. Angka tersebut turun dibandingkan Rp6,12 triliun pada kuartal I/2023. Adapun dari jumlah tersebut, SBN mencapai Rp2,58 triliun yang mana naik dibandingkan sebelumnya Rp2,13 triliun. 

Sementara saham mencapai Rp895 miliar, yang mana naik dari sebelumnya Rp129 miliar pada kuartal I/2023. Sementara reksadana mencapai Rp1,26 triliun yang mana turun dibandingkan Rp2,58 triliun pada kuartal I/2023. 

Kemudian penyertaan langsung Rp194 miliar yang mana naik sedikit dari Rp173 miliar. Sementara itu deposito berjangka Rp317 miliar pada kuartal I/2024 yang mana naik sedikit dari sebelumnya Rp304 miliar. Terakhir pinjaman polis Rp15,9 miliar yang mana naik sedikit dibandingkan Rp15,18 miliar pada kuartal I/2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini