Bisnis.com, JAKARTA -- Rencana merger PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo dengan PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) milik taipan James Riady masih menjadi perhatian. Hingga kini, proses merger belum rampung, dari target awal selesai pada Agustus 2023. Menariknya, pada kuartal I/2024 kinerja keduanya mencatatkan gerak yang berlawanan.
Terbaru, BABP dan NOBU sempat membuat heboh perdagangan saham di pasar negosiasi pada Selasa (30/4/2024). Pada transaksi itu, terjadi persamaan total nilai transaksi jumbo antar BABP dan NOBU yakni sebesar Rp560,18 miliar.
Sayangnya, manajemen NOBU dan BABP hingga regulator yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum memberikan keterangan apapun. Adapun, transaksi itu muncul di tengah proses merger antar keduanya yang tak kunjung rampung.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan saat ini masing-masing pemegang saham pengendali bank masih dalam tahap komunikasi mengenai aksi korporasi tersebut.
Namun, mengingat kedua entitas merupakan bagian dari ekosistem konglomerasi besar, alhasil negosiasi memerlukan waktu yang tidak sebentar.
“Serta [ini juga terkait] rencana pengembangan dan sinergi bisnis bank ke depan,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (4/4/2024).
Sebagai catatan, kabar merger kedua bank sebenarnya telah mencuat sejak awal 2023. OJK juga pernah memproyeksikan merger rampung pada Agustus 2023. Namun, hingga 2023 selesai dan kini sudah mendekati pertengahan tahun 2024 merger belum juga terlaksana.
Terlepas dari hal itu, kinerja Bank MNC (BABP) milik Hary Tanoesoedibjo yakni dan NOBU milik James Riady memiliki pergerakan yang berbeda. Laba BABP mengalami penyusutan, sedangkan laba NOBU tumbuh tinggi.
Tercatat, Bank MNC telah meraup laba bersih Rp14,84 miliar pada kuartal I/2024, turun 31,98% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan dengan laba bersih pada kuartal I/2023 senilai Rp21,83 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, penurunan laba bank didorong oleh penyusutan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) 10,94% yoy menjadi Rp140,53 miliar.
Pendapatan berbasis komisi atau fee based income pun turun 16,93% yoy menjadi Rp13,96 miliar. Pendapatan lainnya juga harus terkoreksi 13,1% yoy menjadi Rp7,87 miliar.
Bank MNC juga mencatatkan kenaikan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) menjadi 95,82% dari 91,88%. Makin tinggi rasio BOPO menunjukkan makin tidak efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya.
Pada saat bersamaan, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) juga turun 63 basis poin (bps) ke level 3,54% pada Maret 2024, dari 4,17% pada Maret 2023.
Kemudian, dari sisi intermediasi, Bank MNC telah menyalurkan kredit Rp10,22 triliun pada kuartal I/2024, tumbuh tipis 1,8% yoy. Meski demikian, aset naik 12,13% yoy menjadi Rp18,29 triliun pada kuartal I/2024.
Adapun, Bank MNC juga telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp13,91 triliun pada tiga bulan pertama 2024, naik 17,65% yoy. Namun, raupan dana murah atau current account saving account (CASA) turun 7,18% yoy.
Sebelumnya, Presiden Direktur MNC Bank Rita Montagna menuturkan perseroan terus berkomitmen untuk memperkuat operasional dan terus memberikan layanan keuangan terbaik kepada masyarakat.
“Meskipun menghadapi tantangan eksternal seperti fluktuasi suku bunga, kami yakin langkah-langkah strategis yang telah disiapkan akan semakin memperkuat posisi kami di pasar, sehingga dapat melanjutkan tren positif ini dengan pertumbuhan jangka panjang,” ujarnya dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.
Sebaliknya, Bank Nobu mencatat laba bersih Rp51,03 miliar pada kuartal I/2024, tumbuh 67,31% secara tahunan dari periode sebelumnya Rp30,5 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip Minggu (5/5/2024) kenaikan laba ini terdorong pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang tumbuh 22,46% mencapai Rp215,6 miliar yoy dari sebelumnya Rp176,06 miliar.
Moncernya laba disebabkan pendapatan berbasis komisi (fee based income) sebesar Rp53,17 miliar pada kuartal I/2024 naik 177,94% ketimbang tahun lalu yang senilai Rp19,13 miliar. Selain itu, pendapatan lainnya tumbuh 124,46% menjadi Rp4,53 miliar dari Rp2,02 miliar.
Kemudian dari segi intermediasi, Bank Nobu telah menyalurkan kredit Rp16,65 triliun, naik 34,93% dari Rp12,34 triliun. Alhasil, aset bank ikut terkerek sebesar Rp29,19 triliun pada kuartal I/2024, tumbuh 30,19% dibanding sebelumnya Rp22,42 triliun.
Lalu dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) NOBU naik 39,07% yoy menjadi Rp20,03 triliun dari sebelumnya Rp14,4 triliun pada kuartal I/2023. Current account saving account (CASA) alias dana murah naik 12,71% menjadi Rp7,29 triliun pada kuartal I/2024 dari sebelumnya Rp6,47 triliun.
Efisiennya bank menjalankan bisnis terlihat dari penurunan rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO). Tercatat, BOPO NOBU berada di level 87,95% susut 227 bps dari sebelumnya 90,22%. Rasio margin bunga bersih juga meningkat ke level 3,54% dari 3,51%.
Artinya, kemampuan NOBU mencetak laba sejalan dengan kemampuan bank dalam memperbaiki rasio BOPO dan NIM yang ada.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel