Respons Ekonom soal Cadangan Devisa RI Terkuras Rp67,5 Triliun dalam Sebulan

Bisnis.com,09 Mei 2024, 19:30 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Ilustrasi cadangan devisa Indonesia - Bisnis/Himawan L Nugraharn

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom menilai penurunan cadangan devisa atau cadev sepanjang 2024 merupakan suatu hal yang tak perlu menjadi kekhawatiran berlebih karena masih dalam posisi yang cukup terkendali. 

Direktur Eksekutif Segara Institue Piter Abdullah Redjalam menyampaikan dirinya tidak melihat hal yang perlu dikhawatirkan dari menurunnya cadangan devisa senilai US$4,2 miliar atau Rp67,5 triliun (Rp16.087 per dolar AS) per April 2024 dan Rp160 triliun sepanjang Januari-April 2024.  

“Saya tidak melihat ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Memang ada tekanan di rupiah, tetapi masih cukup terkendali. Tekanan pelemahan tidak hanya terjadi pada rupiah. Fundamental kita meskipun tidak sempurna diyakini cukup kuat,” tuturnya kepada Bisnis, Kamis (9/5/2024).  

Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) tersebut menyampaikan secara umum cadangan devisa masih stabil pada kisaran US$136,2 miliar. 

Terlebih, posisi tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan impor dan kewajiban luar negeri pemerintah selama lebih dari tiga bulan. 

Naik turunnya cadangan devisa ini menjadi hal yang wajar karena bersifat dinamis dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan memenuhi pembayaran utang pemerintah maupun untuk stabilisasi rupiah. 

“Itu mengindikasikan bahwa cadev masih relatif aman, kecuali jika ada kondisi ekstrem. Turunnya cadev bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan,” lanjutnya. 

 

Adapun, tekanan terhadap cadangan devisa tersebut akibat situasi ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian. Kondisi ini menuntut Bank Indonesia untuk melakukan manuver lebih aktif dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan kondisi pasar keuangan domestik.  

BI mencatat per April 2024 sebesar US$136,2 miliar. Posisi ini merupakan angka terendah sejak Desember 2022.  

Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan terkoreksinya cadangan devisa itu dipicu oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah oleh bank sentral. Meski demikian, kondisi ini bukanlah suatu hal yang harus menjadi kekhawatiran berlebih.  

“[Penurunan] cadangan devisa gak usah gundah gulana, gak usah insecure, memang wajarnya begitu. Memang kita kumpulkan waktu panen, sekarang lagi terjadi outflow, lagi perlu stabilitas. Tapi, kami pastikan stoknya itu jauh lebih cukup dari yang kita perlukan,” katanya dalam acara Taklimat Media Perkembangan Ekonomi Terkini, Rabu (8/5/2024). 

Perry mengatakan bahwa BI juga telah mengantisipasi adanya kebutuhan valas yang besar, termasuk pada korporasi dan musim pembagian dividen, pada kuartal kedua 2024 ini. 

Namun demikian, dia memastikan cadangan devisa lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan valas tersebut. 

Ke depannya, dirinya turut yakin bahwa devisa akan kembali naik seiring dengan rupiah yang menuju stabil dan aliran modal yang masuk ke pasar keuangan domestik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini